Monday, 21 November 2022

JURNAL REFELKSI DWIMINGGUAN MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

 


21 November 2022

Pada minggu ini saya mempelajari Modul 3.3 Pengelolaan program yang berdampak positif bagi murid. Pembelajaran bermula dari mulai diri. Pada kegiatan ini saya mengingat program sekolah bermakna yang pernah diikuti saat masih sekolah, peran saya dalam program tersebut dan alasan mengapa bermakna. Dengan menjawab pertanyaan – pertanyaan itu jadi flashback waktu SMA. Kemudian melakukan diskusi dengan rekan sejawat di LMS. Pada eksplorasi konsep saya membaca beberapa program yang yang dinarasikan. Program – programnya sangat menginspirasi mulai dari topik literasi, perduli lingkungan, kegiatan intrakurikuler dll. Di ruang kolaborasi saya dan rekan CGP lain berdiskusi dan mempresentasikan hasil diskusi tentang sebuah program yang berdampak positif bagi murid. Program yang kami sepakati adalah Filed Trip. Kegiatan ini merupakan kegiatan kokurikuler untuk menguatkan hasil pembelajaran yang dilakukan di kelas. Kegiatan ini merupakan kolaborasi semua mata pelajaran. Di demonstrasi kontekstual, saya merancang sebuah program yang saya beri nama ‘BTS’ (Bawa Tempat Sendiri). BTS adalah upaya untuk mengurangi sampah plastik, botol, kertas dan gelas pop mie. Setelah 1 minggu kegiatan saya sosialisasikan ke kepala sekolah, dewan guru dan staff dalam rapat bulanan serta mensosialisasikan ke murid pada saat menjadi pembina upacara dan setelah shalat dzuhur berjamaah al hasil sampah mulai berkurang. Saya banyak mendapatkan dukungan dari rekan sejawat meskipun tetap pro dan kontra. Optimis berhasil. Di elaborasi pemahaman saya bertatap maya dengan instruktur luar biasa karena beliau juga merupakan salah satu penulis Modul 3.3. Selama mengikuti sesi ini saya mendapatkan banyak highlight yang bisa saya terapkan si sekolah nantinya.

Jujur, saya sangat antusias dan selalu penasaran what’s next meskipun ini adalah modul terakhir di PPGP ini. 10 Modul itu berlalu begitu cepat tapi saya masih haus praktik – pratik baik dari penerapan 10 modul ini. Saya menerapkan aksi nyata untuk modul 3.3 ini saya sempat khawatir dan juga melatih mental saya. Karena tidak semua siap dengan perubahan ini. Ada yang mengeluh karena repot harus membawa ini itu, namun ada pula orang tua yang sangat mendukung bahwa sebelum proggram BTS ini diterapkan. Kebiasaan itu menjadi kebutuhan bagi mereka. Harapannya seluruh warga sekolah dapat tumbuh kesdaran dirinya untuk peduli lingkungan sekolah. Jika sekolah bersih, nyaman dan aman maka proses pembelajaran akan lebih baik dan fokus.

Ada banyak pelajaran berharga selama mempelajari Modul ini. Saya menyadari bahwa program di sekolah itu dirancang berdasarkan suara, pilihan, dan kepemilikan. Suara, pilihan dan kepemilikan siapa? Jawabnya ‘murid’. Murid adalah aktor utama dalam keberhasilan dan kebermaknaan program BTS ini. Namun sebagai orang dewasa (guru) kita dapat memfasilitasi dan menyalurkan setiap suara, pilihan dan kepemilikan murid secara maksimal sekaligus sebagai penanggung jawab program. Hal baru yang saya ketahui adalah bahwa jangan coba – coba membuat program asal – asalan, mendadak, tidak jelas, tidak terstruktur dan tidak mendengarkan suara murid, memberikan murid pilihan dan izin publikasi atas karya murid.

Dengan berakhirnya modul 3.3 maka berakhir pula kegiatan syncronouos di LMS. Berakhir adalah awal gerbang praktik bagi saya. Pemahaman baru ini akan saya bagikan dengan rekan sejawat di sekolah baik melalui media sosial maupun secara langsung. Kedepannya semoga saya bisa lebih baik dalma menyusun program yang berdampak positif bagi murid. Setelah peristiwa ini yang paling penting menurut saya adalah kosistensi sebagai agen perubahan. Komitmen dengan kesepatan yang dibuat sendiri. Saya juga berharap bisa mengajak teman – teman lain mengikuti PPGP yang luar biasa.

Sampai bertemu di program lain.

Salam Guru Penggerak

Salam dan Bahagia

Thursday, 17 November 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF BAGI MURID


 


       Assalamualaikum Warahmatullah Wabarokaatuh.

Momen terakhir menulis koneksi antar materi di Modul 3.3 pengelolaan program yang berdampak positif bagi murid dalam program pendidikan guru penggerak.

Setelah mempelajari Modul 3.3, saya mendapatkan pembelajaran baru bagiamana mengelolaan program yang memberikan dampak positif bagi murid. Program yang dirancang hendaknya mencakup 3 aspek yaitu suara (voice), pilihan (voice) dan kepemilikan (ownership). Program yang berdampak positif merupakan program yang dapat mendorong kebermaknaan proses pembelajaran yang terdapat dalam program yang dikelola sekolah baik program kegiatan intrakurikuler, ko-kurikuler maupun ekstarkurikuler. Program yang berdampak positif perancanganya perlu melibatkan murid sehingga dampaknya dapat dirasakan untuk waktu yang lama atau bahkan seumur hidupnya. Murid akan merasakan manfaat dari hasil pembelajaran yang dilakukan.

Selama mempelajari Modul 3.3 saya merasa bersyukur mendapatkan pemahaman baru. Saya juga antusias mengikuti setiap alur MERDEKA di LMS. Saya merasa bingung juga ketika akan mendemontrasikan program yang berdampak positif di sekolah melalui tahapan BAGJA dengan memaksimalkan aset di sekolah serta suara, pilhan dan kepemilikan. Saya harus kreatif dan berkolaborasi dalam menentukan program tersebut.

Hal yang sudah baik adalah saya akhirnya mampu merancang dan mengelola sebuah program yang berdampak untuk murid. Program itu adalah BTS (Bawa Tempat Sendiri). Sebuah program peduli llingkungan, mengingat kesadaran murid pada lingkungan masih sangat rendah. Program ini saya rancang setelah berdiskusi dengan murid – murid disemua kelas. Saya juga melakukan diskusi dengan kepala sekolah dan rekan sejawat. Sebelum mempelajari Modul 3.3 saya terlibat aktif hampir pada semua program yang ada di sekolah. Maka setelah ini saya akan semakin aktif dan menerapkan apa yang telah didapatkan selama PPGP ini. Banyak program yang dikelola sekolah namun perlu di berdayakan secara maksimal.

Keaktifan saya mengikuti semua program di sekolah saja ternyata tidak cukup. Saya perlu meningkatkan kolaborasi dan komunikasi dengan komunitas sekolah dalam perancangan sebuah program. Saya masih perlu melakukan pendekatan dengan pihak terkait. Tak mudah memang, namun saya optimis mampu. Bersabar dan coba lagi untuk menumbuhkan daya lenting saya pribadi.

Pendidikan Guru Penggerak ini membawa dampak positif bagi saya. Paradigma saya mulai bergeser dari yang awalnya ketakutan karena program ini prospeknya menjadi kepala satuan pendidikan, sementara motivasi saya mengikuti program ini untuk belajar dan memperbaharui ilmu – ilmu guna perbaikan proses dan hasil pembelajaran. Kini, setelah 6 bulan berlalu, saya beruntung dan bersyukur dapat mengikuti pendidikan ini. Pendidikan ini bukan hanya untuk murid di sekolah tapi jujur saya juga belajar parenting. Kodrat saya menjadi guru semakin ditebalkna melalui pendidikan. Kamatangan diri ini semoga bisa konsisten saya lakukan.

Selama pendidikan ini saya telah mempelajari 10 Modul dan Modul ini merupakan modul terakhir. Insight baru ketika membaca filosofi KHD di modul 1.1 saya tertegun, bagaimana tidak setelah 11 tahun menjadi guru rasanya saya belum maksimal dalam menuntun murid untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaanya. Saya lebih sering menuntut mereka. Pengelolaan yang berdampak positif dapat memberikan ruang bagi murid untuk mendorong student’s agency. Saya semakin menyadari apa nilai dan peran saya sebagai guru dapat diberdayakan dalam kegiatan – kegiatan yang rancang. Nalai dan peran guru ebremanfaat untuk menyusun dan mengelola yang berdampak pada murid. Visi guru jelas dapat menciptakan ekosistem sekolah yang berpihak pada murid. Untuk mencapai prakarsa perubahan dapat menggunakan alur BAGJA. Pengelolaan program yang berdampak positi bagi murid diharapkan dapat mewujudkan budaya pisitif di sekolah Pengelolaan program yang berdampak positif bagi murid tidak terlepas dari apa yang menjadi kebutuhan murid meliputi kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid. Keberagaman murid menjadi tantangan dalam pengelolaan program yang dapat memenuhi kebutuhan belajar murid secara invidu. Pengelolaan program perlu menerapkan keterampilan sosial dan emosional agar murid memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk mencapai kesejahteraan dirinya (well-being) meraka tetap fokus, tenang, berempati, termotivasi dan bertanggung jawab atas pilihannya. Coaching dapat diterapkan guru untuk menggali potensi murid sehingga murid dapat menyelesaikan masalahnya sendiri ketika ada permasalahan pada program yang dipilih. Sebagai pemimpin kita perlu mengambil keputusan dengan bijaksana untuk menentukan program yang berdampak positif. Keptusan yang diambil melalui 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan dan pengujian. Program yang akan dikelola juga perlu memberdayakan 7 aset (manusia, fisik, sosial, finansial, politik, lingkungan/alam, Agama/budaya) yang dimiliki sekolah secara maksimal yang berfokus pada kekuatan.

Sebagai penutup, terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pendidikan ini. Pemahaman baru ini akan dipraktikkan di sekolah tempat saya belajar dari murid – murid hebat. Menjadi pemimpin pembelajaran yang selalu dinantikan kehadirannya.

Sebaik – baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Semoga kehadiran kita membersamai keberhasilan murid – murid sebagai genarasi penerus bangsa dan aset bangsa.

Salam Guru Penggerak

Salam dan Bahagia

Wassalamualaikum Warhamatullah Wabarokatuh

 

 

Friday, 11 November 2022

JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN MODUL 3.2 PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

 

Model 6: Reporting, Responding, Relating, Reasoning, Reconstructing (5R)

Pada tangggal 24 - 25 Oktober 2022 saya mulai dari diri dan eksplorasi konsep pada Modul 3.2 tentang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Saya merefleksi bagaimana pengelolaan sumber daya yang ada disekolah melalui 8 pertanyaan pemantik. Selama mempelajari modul ini saya memahami maksud dari ekosistem sekolah. Sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Unsur – unsur biotik (Guru, murid, kepala sekolah, staff TU, orang tua, Pengawas sekolah, Dinas Pendidikan, Pemda, masyarakat sekitar, dan dinas terkait) dan abiotik (Keunagan, Sarpras dan Lingkungan alam). Kemudian, ada 7 aset/modal sumber daya: manusia, fisik, sosial, politik, agama/budaya, lingkungan alam, dan finansial. Selanjutnya, saya berdikusi dengan teman dalam kelompok di ruang kolaborasi. Saya berada di kelompok 1 yang mendikusikan pemanfaat aset/modal di kota Sungailiat kabupaten Bangka. Aset/modal yang dimiliki daerah sangat banyak sehingga perlu keterampilan pemimpin dalam mengelola aset tersebut untuk pembelajaran yang berpihak pada murid. Pada demonstrasi kontekstual saya mengalisis sebuah video yang ditautkan di LMS. Saya melihat bagaimana seorang guru dapat mengelola aset di sekolah dengan baik bersama murid melalui tahapan BAGJA. Hasil analisis tersebut kemudian saya sajikan dalam bentuk video dan di unggah di YouTube. Untuk memantapkan pemahaman saya mengikuti sesi Elaborasi Pemahaman bersama rekan CGP Bangka Belitung dengan instruktur yang luar biasa ibu Desi Andriani. Praktik baik yang beliau sampaikan sesuai dengan karakter sekolah saya. Saya semakin paham bagaimana pengelolaan sumber daya di sekolah. Praktik baik juga saya dapatkan dari rekan CGP lain. Selanjutnya, saya mengkoneksikan seluruh pemahaman saya tentang Modul 3.2 dengan modul sebelumnya yang ternyata semuanya memiliki kaitan erat yang pada akhirnya semua untuk murid agar dapat belajar dengan aman, nyaman dan bahagia.

Selama mempelajari modul 3.2 saya sangat antusias dan tertantang dalam mengelola aset/modal sekolah. Kurang maksimalnya saya dalam mengelola dan memanfaatkan aset untuk pembelajaran di kelas maupun diluar kelas mungkin selama ini menjadi faktor kurang nyaman dan bahagianya murid mengikuti kegiatan belajar mengajar. Tentunya ini menjadi tantangan bagi saya agar dapat mengelola aset dengan maksimal.

Setelah mempelajari modul ini, memahami pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah dengan menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset- Aset Based Community Development/ ABCD), memahami potensi sumber daya yang dimiliki lingkungan sekolah serta mengevaluasi hasil pemetaan sumber daya sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran murid.

Peristiwa kurang nyaman, aman dan bahagia pada murid atau guru terhadap sarpras harusnya dapat diatasi dengan melakukan pendekatan berbasis aset karena sekolah memiliki aset yang cukup untuk dikelola. Jika selama ini saya sering mengeluh dab berfokus pada kekurangan maka saya perlu merubah paradigma saya.

Rencana untuk perbaikan yang ingin saya lakukan di masa mendatang, diantaranya:

  • Menganalisis aset/ modal dan kekuatan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.
  • Merancang pemetaan potensi yang dimiliki sekolah saya menggunakan Pendekatan Berbasis Aset.
  • Selalu menunjukkan sikap aktif, kritis, terbuka dan kreatif dalam upaya pengelolaan sumber daya.

Sumber daya yang telahdipetakan dapat digunakan oleh sekolah untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Baik modal manusia, sosial, politik, agama dan budaya, fisik, lingkungan/ alam, maupun finansial. Semua asset dimanfaatkan secara optimal agar dapat mendukung secara penuh terciptanya hasil belajar yang lebih baik.

Salam Guru Penggerak

Salam dan Bahagia

 

 

 

 

Logo SMP Muhammadiyah Sungailiat

 Logo Terbaru SMP Muhammadiyah Sungailiat