Logo Terbaru SMP Muhammadiyah Sungailiat
Reny Setia Wibowo
Friday, 3 March 2023
Tuesday, 6 December 2022
My PPGP Journey
Sungailiat, 6 Desember 2022
Waktu terasa semakin berlalu, tiba dipenghujung Pendidikan Guru Penggerak
Angkatan 5. Sulit dipercaya semua terlewati langkah demi langkah. Alhamdulillah
November 2021, ada seorang teman yang baru saja sama – sama menyelesaikan
PPG dari Universitas yang sama Dewana namanya ia berkata, ‘Yuk, ayo kita daftar
Pendidikan Guru Penggerak !’. ‘Guru Penggerak ?’ tanyaku. ‘Iya Guru
Penggerak. Belajar lagi kita ayo lah daftar udah buka sekarang untuk Kabupaten
Bangka’ tambahnya. ‘Judulnya aja
Penggerak berarti nanti menggerakkan dong ya, heemmmm ga deh’ gumamku. Seminggu
berlalu tanpa ada niat untuk daftar. Tiba – tiba di grup WhatsApp ramai sekali
pemberitahuan tentang pendaftaran Guru Penggerak Angkatan 5 akhirnya mencoba
membaca sekilas syarat dll. Kemudian ada teman lain lagi Annisa yang juga rekan
satu pendidikan berkata, ‘Yuk, ayo kita daftar Guru Penggerak, lah buka
ni’. ‘Ehm belum pengen daftar kayaknya Nis, masih capek
dari yang pendidikan kemarin. Mau istirahat dulu heheh’ jawabku. Namun
sembari jalan pulang dari kerja saya berfikir mereka itu semangat sekali ya mau
ikut Guru Penggerak. Mereka itu luar biasa semangatnya terlihat dari banyaknya
sertifikat yang mereka miliki ketika UKIN. Mereka sangat rajin sekali ikut
pelatihan secara mandiri. Apa aku ikut juga yaa ??? (Mulai tertarik dan
termotivasi).
Seminggu sebelum batas waktu penutupan pendaftaran, aku memberanikan diri
membuka Portal SIMPKB kemudian menuju menu Guru Penggerak lalu Login. Setelah itu ada pengumuman pendaftaran. Tanpa berfikir panjang klik daftar.
Kemudian mengisi biodata dll. Disana diminta menambahkan rekomendasi kepala
sekolah dan rekan sejawat dan persyaratan lainnya. Ku ikuti semua alur semua berjalan lancar. 2 hari menjelaang penutupan aku
baru akan mengisi esai. Semua ku jawab berdasarkan pengelaman yang selama ini
dilakukan dan dirasakan. Alhasil di menit terakhir belum selesai
jawabanku. Pasrah dengan keadaan meski sebenarnya sedikit kecewa karena merasa
sia – sia dengan usaha yang dilakukan tapi ikhlas. Fix sejak saat itu tidak
membuka Guru Penggerak. Tak disangka ada surat pemberitahuan perpanjangan 1
minggu untuk pendaftaran. Ada lagi semangat untuk menyelesaikannya itupun
selesai di last minute lagi (23:50) sebelum due date. Hingga
pengumuman dinyatakan lulus. Kemudian lanjut dengan membuat RPP dan
mengungggahnya kemudian prakrik mengajar dengan durasi 10 menit. Semua berjalan lancar. Hingga tiba jadwal wawancara saya bertemu dengan 2
asesor yang luar biasa dari LPMP Aceh dan Surabaya. Saya gugup namun tetap
tenang. Semua pertanyaan dijawab sesuai yang dialami. Apapun hasilnya terima. 2
Bulan kemudian ada pengumuan kelulusan tahap 2 di grup sangat ramai ada
mengucapkan selamat dll tapi aku justru sedih ketika melihat namaku Qodarullah
dinyatakan Lulus. Sedih karena harus berbagi waktu untuk mengurus keluarga,
pekerjaan dan pengembangan diri namun disisi lain bersyukur. Alhamdulillah. Yang membuat tetap bertahan dan semangat adalah dukungan
keluarga, teman dan sekolah.
Mei 2022 ku mulai perjalanan PPGP. Dimulai dari Pembukaan oleh Dirjen GTK
secara daring. Di Ruang Kolaborasi saya bertemu teman –
teman yang luar biasa (Kelas 37B) dengan seorang Fasilitator bernama Muhari.
Beliau sangat baik, ramah, sederhana dan menginspirasi. Setelah itu saya
mengikuti Lokakarya O di Pangkal Pinang. Banyak dari CGP lain yang bahkan sudah
tau dan kenal dengan Pengajar Praktiknya. Sementara aku belum tau siapa PP
saya. Bahkan ketika acara pembukaan Loka O dimulai saya sibuk mencari dan menerka
inilah PP saya? Namun bukan nampaknya. Ada PP yang mendampingi kami berjumlah
6. 5 dari 6 itu saya sudah tidak asing lagi. Nah PP saya ini yang mana bahkan
ia tak bergabung dengan rekan PP lainnya (semakin penasaran). Tepat pukul 07.00
tiba saya masuk di kelas sesuai PP. Akhirnya saya tau ooh ini PP saya bapak
Selamat P. Simbolon berpakain batik dan memakai kaca mata. Ia terlihat
menghitung dan mengenal CGP nya. Pertemuan yang luar biasa.
Lanjut, berawal dari Rukol 1.1 sampai 3.3 dan segala alur MERDEKAnya kami
saling mengenal, berbagi paktik baik, saling menguatkan, saling mensupport,
momen – momen itu menjadi kenangan yang tak akan terlupa. Banyak cerita inspiratif dan memotivasi. Selain bertemu dalam Ruang Virtual
ada juga Pendampingan Individu dan Lokarya disini lah kami bertatap muka yang
semakin mengenal satu sama lain. Mereka adalah teman baru sekaligus keluarga
baru dan komunitas baru yang berasal dari lintas mata pelajaran, tingkat
pendidikan, dan kecamatan serta bertemu dengan Pengajar Praktik yang luar biasa
dan menginspirasi.
Bagaimana perasaan saya setelah melewati proses PPGP ini mesti belum
selesai secara utuh? Jawabannya bersyukur. Besyukur berada di Pendidikan ini.
Bersyukur dipertemukan dengan rekan sejawat yang sama – sama ingin belajar.
Bersyukur dipertemukan dengan PP yang sngat sabar mendampingi dan menguatkan
disaat rasa penat dan jenuh tiba – tiba muncul. Bersyukur dipertemukan dengan
Fasilitator yang selalu ceria dan memotivasi kami untuk menjadi agen – agen
perubahan di sekolah kami masing – masing. Bersyukur dipertemukan orang – orang
baik termasuk BGP Jawa Tengah dan BGP Bangka Belitung.
Banyak perlajaran berharga yang saya dapatkan yang tidak saya peroleh di
Program manapun. Jujur ikut program ini bukan untuk menjadi kepala sekolah.
Saya mengikuti Pendidikan ini karena saya butuh penyegaran dan butuh belajar.
Mulai dari Modul 1.1 hingga 3.3 saya seperti belajar parenting tak hanya untuk
murid di sekolah tapi juga anak – anak di rumah. Semua materi tersusun dengan
baik dan berurutan semua mengesankan.
PPGP boleh saja usai, namun ini justru menjadi awal mula mempraktikkan
semua teori yang telah didapatkan. Lakukan sekarang. Lakukan perubahan sekecil
apapun dikelas anda mulai saat ini. Kedepannya saya juga ingin terus berbagi
praktik baik dengan rekan sejawat di sekolah, berkolaborasi dengan murid dan
seluruh warga sekolah. Semua lelah terbayar dengan ilmu yang diperoleh.
Pada akhirnya tujuan pendidikan ialah menuntun segala kodrat yang
dimiliki untuk mencapai kebahagian dan keselamatan sebagai manusia maupun dalam
masyarakat.
Terimakasih kepada semua pihak yang terlibat. (BGP, Fasilitator, Instruktur, PP, Penulis Modul, Kemdikbudristek)
Terimakasih Keluarga besar.
Terimakasih Kepala Sekolah, Guru, Tendik, Murid dan Orang Tua/Wali Murid SPEMMUH
Terimakasih Dewana dan Annisa.
Tergerak, Bergerak, Menggerakkan
Guru Bergerak Indonesia Maju
Ayo segera daftar Pendidikan Guru Penggerak
Salam Guru Penggerak
Salam dan Bahagia
Fasilitator :
Muhari S.Pd., M.Pd
Pengajar Praktik :
Selamat P. Simbolon, S.Pd
CGP Kelas 37b : Yeni,
Mila, Dwi, Sofia, Nuryani, Ummi, Winni, Lisa, Ani dan Reny
CGP Angkatan 5 Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2022
Monday, 21 November 2022
JURNAL REFELKSI DWIMINGGUAN MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID
21 November 2022
Pada minggu ini saya mempelajari Modul 3.3
Pengelolaan program yang berdampak positif bagi murid. Pembelajaran bermula dari mulai diri. Pada kegiatan ini saya mengingat
program sekolah bermakna yang pernah diikuti saat masih sekolah, peran saya dalam
program tersebut dan alasan mengapa bermakna. Dengan menjawab pertanyaan – pertanyaan itu jadi flashback
waktu SMA. Kemudian melakukan diskusi dengan rekan sejawat di LMS. Pada
eksplorasi konsep saya membaca beberapa program yang yang dinarasikan. Program – programnya sangat menginspirasi
mulai dari topik literasi, perduli lingkungan, kegiatan intrakurikuler dll. Di
ruang kolaborasi saya dan rekan CGP lain berdiskusi dan mempresentasikan hasil
diskusi tentang sebuah program yang berdampak positif bagi murid. Program yang kami sepakati adalah Filed
Trip. Kegiatan ini merupakan kegiatan kokurikuler untuk menguatkan hasil
pembelajaran yang dilakukan di kelas. Kegiatan ini merupakan kolaborasi semua
mata pelajaran. Di demonstrasi kontekstual, saya merancang sebuah program yang
saya beri nama ‘BTS’ (Bawa Tempat Sendiri). BTS adalah upaya untuk mengurangi
sampah plastik, botol, kertas dan gelas pop mie. Setelah 1 minggu kegiatan saya
sosialisasikan ke kepala sekolah, dewan guru dan staff dalam rapat bulanan
serta mensosialisasikan ke murid pada saat menjadi pembina upacara dan setelah
shalat dzuhur berjamaah al hasil sampah mulai berkurang. Saya banyak
mendapatkan dukungan dari rekan sejawat meskipun tetap pro dan kontra. Optimis
berhasil. Di elaborasi
pemahaman saya bertatap maya dengan instruktur luar biasa karena beliau juga
merupakan salah satu penulis Modul 3.3. Selama mengikuti sesi ini saya
mendapatkan banyak highlight yang bisa saya terapkan si sekolah nantinya.
Jujur, saya sangat antusias dan selalu
penasaran what’s next meskipun ini adalah modul terakhir di PPGP ini. 10 Modul
itu berlalu begitu cepat tapi saya masih haus praktik – pratik baik dari penerapan
10 modul ini. Saya
menerapkan aksi nyata untuk modul 3.3 ini saya sempat khawatir dan juga melatih
mental saya. Karena tidak semua siap dengan perubahan ini. Ada yang mengeluh karena
repot harus membawa ini itu, namun ada pula orang tua yang sangat mendukung
bahwa sebelum proggram BTS ini diterapkan. Kebiasaan itu menjadi kebutuhan bagi
mereka. Harapannya seluruh warga sekolah dapat tumbuh kesdaran dirinya untuk peduli
lingkungan sekolah. Jika sekolah bersih, nyaman dan aman maka proses
pembelajaran akan lebih baik dan fokus.
Ada banyak pelajaran berharga selama mempelajari Modul ini. Saya
menyadari bahwa program di sekolah itu dirancang berdasarkan suara, pilihan, dan
kepemilikan. Suara, pilihan dan kepemilikan siapa? Jawabnya ‘murid’. Murid
adalah aktor utama dalam keberhasilan dan kebermaknaan program BTS ini. Namun
sebagai orang dewasa (guru) kita dapat memfasilitasi dan menyalurkan setiap suara,
pilihan dan kepemilikan murid secara maksimal sekaligus sebagai penanggung
jawab program. Hal baru yang saya ketahui adalah bahwa jangan coba – coba membuat
program asal – asalan, mendadak, tidak jelas, tidak terstruktur dan tidak
mendengarkan suara murid, memberikan murid pilihan dan izin publikasi atas
karya murid.
Dengan berakhirnya modul 3.3 maka berakhir pula kegiatan syncronouos
di LMS. Berakhir adalah awal gerbang praktik bagi saya. Pemahaman baru ini akan
saya bagikan dengan rekan sejawat di sekolah baik melalui media sosial maupun
secara langsung. Kedepannya semoga saya bisa lebih baik dalma menyusun
program yang berdampak positif bagi murid. Setelah peristiwa ini yang paling
penting menurut saya adalah kosistensi sebagai agen perubahan. Komitmen dengan kesepatan
yang dibuat sendiri. Saya juga berharap bisa mengajak teman – teman lain mengikuti
PPGP yang luar biasa.
Sampai bertemu di program lain.
Salam Guru Penggerak
Salam dan Bahagia
Thursday, 17 November 2022
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF BAGI MURID

Assalamualaikum Warahmatullah
Wabarokaatuh.
Momen terakhir menulis
koneksi antar materi di Modul 3.3 pengelolaan program yang berdampak positif
bagi murid dalam program pendidikan guru penggerak.
Setelah mempelajari
Modul 3.3, saya mendapatkan pembelajaran baru bagiamana mengelolaan program
yang memberikan dampak positif bagi murid. Program yang dirancang hendaknya
mencakup 3 aspek yaitu suara (voice), pilihan (voice) dan
kepemilikan (ownership). Program yang berdampak positif merupakan
program yang dapat mendorong kebermaknaan proses pembelajaran yang terdapat
dalam program yang dikelola sekolah baik program kegiatan intrakurikuler,
ko-kurikuler maupun ekstarkurikuler. Program yang berdampak positif perancanganya
perlu melibatkan murid sehingga dampaknya dapat dirasakan untuk waktu yang lama
atau bahkan seumur hidupnya. Murid akan merasakan manfaat dari hasil
pembelajaran yang dilakukan.
Selama mempelajari
Modul 3.3 saya merasa bersyukur mendapatkan pemahaman baru. Saya juga antusias
mengikuti setiap alur MERDEKA di LMS. Saya merasa bingung juga ketika akan
mendemontrasikan program yang berdampak positif di sekolah melalui tahapan
BAGJA dengan memaksimalkan aset di sekolah serta suara, pilhan dan kepemilikan.
Saya harus kreatif dan berkolaborasi dalam menentukan program tersebut.
Hal yang sudah baik adalah
saya akhirnya mampu merancang dan mengelola sebuah program yang berdampak untuk
murid. Program itu adalah BTS (Bawa Tempat Sendiri). Sebuah program
peduli llingkungan, mengingat kesadaran murid pada lingkungan masih sangat
rendah. Program ini saya rancang setelah berdiskusi dengan murid – murid
disemua kelas. Saya juga melakukan diskusi dengan kepala sekolah dan rekan
sejawat. Sebelum mempelajari Modul 3.3 saya terlibat aktif hampir pada semua
program yang ada di sekolah. Maka setelah ini saya akan semakin aktif dan
menerapkan apa yang telah didapatkan selama PPGP ini. Banyak program yang dikelola
sekolah namun perlu di berdayakan secara maksimal.
Keaktifan saya
mengikuti semua program di sekolah saja ternyata tidak cukup. Saya perlu
meningkatkan kolaborasi dan komunikasi dengan komunitas sekolah dalam
perancangan sebuah program. Saya masih perlu melakukan pendekatan dengan pihak
terkait. Tak mudah memang, namun saya optimis mampu. Bersabar dan coba lagi
untuk menumbuhkan daya lenting saya pribadi.
Pendidikan Guru
Penggerak ini membawa dampak positif bagi saya. Paradigma saya mulai bergeser
dari yang awalnya ketakutan karena program ini prospeknya menjadi kepala satuan
pendidikan, sementara motivasi saya mengikuti program ini untuk belajar dan memperbaharui
ilmu – ilmu guna perbaikan proses dan hasil pembelajaran. Kini, setelah 6 bulan
berlalu, saya beruntung dan bersyukur dapat mengikuti pendidikan ini. Pendidikan
ini bukan hanya untuk murid di sekolah tapi jujur saya juga belajar parenting.
Kodrat saya menjadi guru semakin ditebalkna melalui pendidikan. Kamatangan diri
ini semoga bisa konsisten saya lakukan.
Selama pendidikan ini
saya telah mempelajari 10 Modul dan Modul ini merupakan modul terakhir. Insight
baru ketika membaca filosofi KHD di modul 1.1 saya tertegun, bagaimana tidak
setelah 11 tahun menjadi guru rasanya saya belum maksimal dalam menuntun murid
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaanya. Saya lebih sering menuntut mereka.
Pengelolaan yang berdampak positif dapat memberikan ruang bagi murid untuk mendorong
student’s agency. Saya semakin menyadari apa nilai dan peran saya sebagai
guru dapat diberdayakan dalam kegiatan – kegiatan yang rancang. Nalai dan peran
guru ebremanfaat untuk menyusun dan mengelola yang berdampak pada murid. Visi
guru jelas dapat menciptakan ekosistem sekolah yang berpihak pada murid. Untuk
mencapai prakarsa perubahan dapat menggunakan alur BAGJA. Pengelolaan program
yang berdampak positi bagi murid diharapkan dapat mewujudkan budaya pisitif di
sekolah Pengelolaan program yang berdampak positif bagi murid tidak terlepas
dari apa yang menjadi kebutuhan murid meliputi kesiapan belajar, minat belajar
dan profil belajar murid. Keberagaman murid menjadi tantangan dalam pengelolaan
program yang dapat memenuhi kebutuhan belajar murid secara invidu. Pengelolaan
program perlu menerapkan keterampilan sosial dan emosional agar murid memiliki
kesadaran penuh (mindfullness) untuk mencapai kesejahteraan dirinya (well-being)
meraka tetap fokus, tenang, berempati, termotivasi dan bertanggung jawab atas
pilihannya. Coaching dapat diterapkan guru untuk menggali potensi murid
sehingga murid dapat menyelesaikan masalahnya sendiri ketika ada permasalahan
pada program yang dipilih. Sebagai pemimpin kita perlu mengambil keputusan dengan
bijaksana untuk menentukan program yang berdampak positif. Keptusan yang diambil
melalui 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan dan pengujian.
Program yang akan dikelola juga perlu memberdayakan 7 aset (manusia, fisik, sosial,
finansial, politik, lingkungan/alam, Agama/budaya) yang dimiliki sekolah secara
maksimal yang berfokus pada kekuatan.
Sebagai penutup, terimakasih
kepada semua pihak yang terlibat dalam pendidikan ini. Pemahaman baru ini akan dipraktikkan
di sekolah tempat saya belajar dari murid – murid hebat. Menjadi pemimpin
pembelajaran yang selalu dinantikan kehadirannya.
Sebaik – baik manusia
adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Semoga kehadiran kita membersamai
keberhasilan murid – murid sebagai genarasi penerus bangsa dan aset bangsa.
Salam Guru Penggerak
Salam dan Bahagia
Wassalamualaikum
Warhamatullah Wabarokatuh
Friday, 11 November 2022
JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN MODUL 3.2 PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA
Model 6: Reporting, Responding, Relating, Reasoning, Reconstructing (5R)
Pada tangggal 24 - 25 Oktober 2022 saya
mulai dari diri dan eksplorasi konsep pada Modul 3.2 tentang pemimpin dalam
pengelolaan sumber daya. Saya merefleksi bagaimana pengelolaan sumber daya yang
ada disekolah melalui 8 pertanyaan pemantik. Selama mempelajari modul ini saya memahami
maksud dari ekosistem sekolah. Sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara
faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Unsur – unsur
biotik (Guru, murid, kepala sekolah, staff TU, orang tua, Pengawas sekolah,
Dinas Pendidikan, Pemda, masyarakat sekitar, dan dinas terkait) dan abiotik
(Keunagan, Sarpras dan Lingkungan alam). Kemudian, ada 7 aset/modal sumber daya:
manusia, fisik, sosial, politik, agama/budaya, lingkungan alam, dan finansial. Selanjutnya,
saya berdikusi dengan teman dalam kelompok di ruang kolaborasi. Saya berada di
kelompok 1 yang mendikusikan pemanfaat aset/modal di kota Sungailiat kabupaten
Bangka. Aset/modal yang dimiliki daerah sangat banyak sehingga perlu
keterampilan pemimpin dalam mengelola aset tersebut untuk pembelajaran yang
berpihak pada murid. Pada demonstrasi kontekstual saya mengalisis sebuah video
yang ditautkan di LMS. Saya melihat bagaimana seorang guru dapat mengelola aset
di sekolah dengan baik bersama murid melalui tahapan BAGJA. Hasil analisis
tersebut kemudian saya sajikan dalam bentuk video dan di unggah di YouTube. Untuk
memantapkan pemahaman saya mengikuti sesi Elaborasi Pemahaman bersama rekan CGP
Bangka Belitung dengan instruktur yang luar biasa ibu Desi Andriani. Praktik
baik yang beliau sampaikan sesuai dengan karakter sekolah saya. Saya semakin
paham bagaimana pengelolaan sumber daya di sekolah. Praktik baik juga saya
dapatkan dari rekan CGP lain. Selanjutnya, saya mengkoneksikan seluruh
pemahaman saya tentang Modul 3.2 dengan modul sebelumnya yang ternyata semuanya
memiliki kaitan erat yang pada akhirnya semua untuk murid agar dapat belajar
dengan aman, nyaman dan bahagia.
Selama mempelajari modul 3.2 saya sangat antusias dan tertantang dalam mengelola aset/modal sekolah. Kurang maksimalnya saya dalam mengelola dan memanfaatkan aset untuk pembelajaran di kelas maupun diluar kelas mungkin selama ini menjadi faktor kurang nyaman dan bahagianya murid mengikuti kegiatan belajar mengajar. Tentunya ini menjadi tantangan bagi saya agar dapat mengelola aset dengan maksimal.
Setelah mempelajari modul ini, memahami pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah dengan menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset- Aset Based Community Development/ ABCD), memahami potensi sumber daya yang dimiliki lingkungan sekolah serta mengevaluasi hasil pemetaan sumber daya sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran murid.
Peristiwa kurang nyaman, aman dan bahagia pada murid atau guru terhadap sarpras harusnya dapat diatasi dengan melakukan pendekatan berbasis aset karena sekolah memiliki aset yang cukup untuk dikelola. Jika selama ini saya sering mengeluh dab berfokus pada kekurangan maka saya perlu merubah paradigma saya.
Rencana untuk perbaikan yang ingin saya lakukan di masa mendatang, diantaranya:
- Menganalisis aset/ modal dan kekuatan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.
- Merancang pemetaan potensi yang dimiliki sekolah saya menggunakan Pendekatan Berbasis Aset.
- Selalu menunjukkan sikap aktif, kritis, terbuka dan kreatif dalam upaya pengelolaan sumber daya.
Sumber daya yang telahdipetakan dapat digunakan oleh sekolah untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Baik modal manusia, sosial, politik, agama dan budaya, fisik, lingkungan/ alam, maupun finansial. Semua asset dimanfaatkan secara optimal agar dapat mendukung secara penuh terciptanya hasil belajar yang lebih baik.
Salam Guru Penggerak
Salam dan Bahagia
Monday, 24 October 2022
JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN
Jurnal
Refleksi Dwimingguan Modul 3.1
Model 9 Gaya Round Robin
Pada modul 3.1 ini saya mempelajari tentang
pengambilan keputusan sebagai pemimpin. Saya mulai dari diri, ekplorasi konsep,
ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, Koneksi antar
materi dan aksi nyata.
Setelah mempelajari modul ini, saya menguasai tentang empat
paradigma dilema etika. Keempatnya yaitu: 1. Individu lawan kelompok (individual
vs community) 2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 4. Jangka pendek lawan
jangka panjang (short term vs long term).
Saya juga menguasai tentang 3 prinsip pengambilan
keputusan. Ketiga prinsip itu adalah 1. berpikir berbasis peraturan
(Rule-Based Thinking) 2. berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) 3.
berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking).
Saya dapat menguasai materi tersebut karena saya dari
awal pembelajaran sangat antusias dan tertarik pada materi ini meskipun saya
banyak menghayal sebagai pemimpin pembelajaran/kepala sekolah dalam menjawab
beberapa pertanyaan. Kemudian kasus dilema etika dan bujukan moral itu sendiri
sering dan nyata ada di sekolah. Hampir setiap hari saya dihadapkan pada kasus – kasus dilema
etika terutama dikelas. Oleh karenanya dengan mempelajari modul ini saya
semakin paham pada jenis kasus dilema etika atau bujukan moral. Saya mengerti
bagaimana mengidentifikasi kasus dilema etika. Ditambah lagi pada kegiatan ruang
kolaborasi dalam kelompok, kami menyepakati bahwa kasus yang saya alami untuk
dianalisis dan itu menarik sehingga saya bisa menentukan pengambilan keputusan
yang tepat. Saya juga semakin paham ketika adanya penguatan dari fasilitator
dan instruktur pada elaboasi pemahaman.
Hal yang belum saya kuasai setelah mempelajari modul ini
adalah 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Hal itu karena saya perlu mengkaji
dan menelah sebaik – baiknya dalam mengambil keputusan. Bgaian yang sulit itu
adalah mengambil keputusan yang bijaksana, nilai kebajikan universal, bertanggung
jawab dan berpihak pada murid. Tentu tidak mudah menentukan keputusan dilema
etika namun apapun itu sebagai pemimpin pembelajaran saya harus tetap mengambil
keputusan meskipun banyak tantangan yang dihadapi.
Saya perlu belajar melatih keterampilan mengambil keputusan
pada kasus dilema etika. Selanjutnya saya ingin mengajak rekan sejawat untuk mensosialisasikan
terkait 9 langkah pengujian pengambilan keputusan sehingga semua warga sekolah
mendapatkan pengetahuan terkait 9 langkah pengujian pengambilan keputusan dan
bersama-sama menerapkan dalam keseharian.
Melalui
alur MERDEKA yang di design dengan baik sehingga sejauh ini tidak ada yang
menjadikan kebingungan. Semuanya cukup jelas. Ada keterkaitan antara setiap
aktivitas pembelajaran yang dilakukan dan saling menguatkan satu sama lain
sehingga menambahkan pemahaman dan pedalaman materi modul pengambilan keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran. Semangat memberikan perubahan terhadap ekosistem
pendidikan yang berpihak kepada peserta didik.
Sunday, 23 October 2022
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarokaatuh
Salam Guru Penggerak
Salam dan Bahagia
Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Trilokanya
yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. KHD
berpandangan bahwa seorang pendidik hendaknya menjadi suri tauladan dan contoh
bagi murid – muridnya, menjadi pengayom atas keamanan dan kenyamanan murid nya
dan menuntun segala kodrat alam dan zamannya untuk mencapai kebahagiaannya
sebagai individu maupun masyarakat. Sebagai pemimpin pembelajaran tentu ini semakin
menguatkan jati diri seorang pendidik untuk meletakkan kepentingan murid
sebagai yang utama seiring dengan filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara
dalam setiap pemgambilan keputusan.
Sebagai seorang pendidik maka penting memiliki nilai – nilai yang
tertanam secara positif didalam dirinya. Nilai – nilai itu adalah bepihak pada murid, mandiri, kolaboratif, inovatif,
dan reflektif. Keberpihakan pada murid ketika mengambilan keputusan menjadi
prinsip – prinsip yang harus dipegang teguh karena dapat berpengaruh bagi
mereka baik pada kasus benar lawan benar (dilema etika) atau benar lawan salah
(bujukan moral). Setelah melakukan pengambilan keputusan kita perlu
merefleksinya sehingga kedepannya dapat meghasilkan keputusan yang bertanggung
jawab dan bijaksana.
Coaching merupakan keterampilan penting dalam menggali potensi diri seseorang
dalam menyesaikan masalah yang terjadi baik masalah dalam diri kita maupun
masalah yang dimiliki orang lain. Dengan menggunakan
alur TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan
membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching melalui alur TIRTA
berkaitan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan
sebagai evaluasi terhadap keputusan yang diputuskan.
Pendamping individu, praktik bersama rekan sejawat dan
fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya
ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan
dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil
tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.
TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam
Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW.
GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.
- Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,
- Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,
- Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
- Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.
TIRTA akronim dari (T: Tujuan, I: Identifikasi, R:
Rencana aksi, TA: Tanggung jawab)
Ketika seorang guru dapat mengelola dan menyadasari aspek sosial emosinalnya
dengan baik, maka ketika ia akan mengambil keputusan ia akan musyawarah dengan
seluruh warga sekolah. Ia akan menggunakan KSE dengan baik dalam mengambil
keputusan sehingga tidak mengedepankan kepentingan pribadi.
Study kasus dilema etika, pada dasarnya semua keputusan yang diambil
dapat dibenarkan secara moral. Akan tetapi perlu memperhatikan prinsi-prinsip
dalam pengambilan suatu keputusan. Kita harus berfikir hasil akhir dari
keputusan kita yang sesuai dengan prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end-based
thinking), kita juga harus melihat peraturan yang mendasari keputusan yang
kita ambil (berpikir berbasis peraturan-rule based thinking) serta kita perlu
menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman sesuai dengan
prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking).
Ketika seorang pendidik dihadapkan pada kasus-kasus yang berfokus
terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak sadar akan
terpengaruh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan
mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang
dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan
dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang
dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang
diambilnya maka hanya akan benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan
kebanyakan pihak. Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak
adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik.
Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah
moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan
kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan banyak orang terutama
murid.
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Ini merupakan
kondisi ideal yangkita inginkan. Untuk melakukan perubahan, diperlukan suatu
pendekatan. Dalam hal ini, kita menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif melalui
tahapan BAGJA (buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan Alur dan
Atur ekseskusi) untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Pengambilan
keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat
diselesaikan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Jika
pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus
yang cermat dan melalui 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini
akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, sehingga
akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan
nyaman. Hal ini karena tidak adanya konflik berkepanjangan setelah keputusan
diambil. Ekosistem sekolah pun tetap aman dan nyaman tanpa gejolak yang berarti
akibat keputusan yang diambil. Semua pihak yang terlibat akan menerima hasil
keputusan dengan hati terbuka dan menyetujuinya.
Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan
adalah belum semua guru memahami paradigma, prinsip dan 9 langkah pengambilan
keputusan dan pengujiaanya sehingga pengambilan keputusan terkadang lebih
mementingkan kelompok minoritas atau pribadi.
Dalam proses pengajaran yang
memerdekakan murid pengambian keputusan memiliki pengaruh yang
luar biasa. Sebagai contoh dapat terlihat dari
pengambilan keputusan terkait diferensiasi konten yang akan dilaksanakan.
Keputusan dalam menentukan bentuk-bentuk diferensiasi yang akan dilakukan dalam
proses pembelajaran. Selain itu juga terkait dengan keputusan untuk memenuhi
kebutuhan belajar individu murid. Semua tergantung kepada
keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak
kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan
sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka
hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid
dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran ketika hendak
mengambil keputusan sebaiknya mempertimbangkan dengan baik. Utamakan kepentingan
masa depan murid. Sebagai contoh ketika ada seorang murid yang jarang masuk
sekolah dan telah berada di kelas paling tinggi atau menjelang kelulusan kemudian
ingin mengeluarkan murid tersebut maka perlu menggunakan 9 langkah pengujian
pengambilan keputusanebagai individu kita tidak pernah tahu akan menjadi apa
murid-murid kita kelak. Kita juga tidak pernah tahu menjadi seperti apa
murid-murid kita. Jika saat ini kita mengambil keputusan salah, bisa jadi akan
menghambat langkahnya mencapai cita-cita murid. Atau juga bisa jadi dengan
mengambil keputusan tepat, maka ke depannya kita akan memberikan hasilnya. Bisa
saja murid berubah menjadi lebih baik berkat keputusan yang kita ambil.
Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul materi
ini dan keterkaitannya dengan modul – modul sebelumnya bahwa sebagai guru kita
harus menerapkan Pratap Triloka dengan optimal dalam menuntun tumbuh kembangnya
kodrat murid. Dalam menuntun tentu saya sering dihadapkan pada pengambilan keputusan
maka keputusan yang akan diambil hendaknya kembali lagi pada keberpihakkan
kepada murid. Dengan memiliki nilai- nilai dan peran sebagai guru semoga dapat membuat
saya semakin bijaksana. Dalam mewujudkan mimpi kita perlu melakukan melalui
tahapan BAGJA sehingga keputusannya tepat sasaran. Secara sadar penuh
(mindfullness) sebelum mengambil keputusan.
Pada situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan
mendasar yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan,
kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup dll.
Ada 2 jenis dilema
- Dilema etika berkonsep kepada sesuatu yang Benar lawan Benar. Situasi yang terjadi apabila ada 2 nilai kebajikan yang saling bersinggungan, memiliki nilai kebajikan yang sama – sama benar.
- Dilema Bujukan Moral berkonsep Benar lawan Salah, yaitu situasi dimana seseorang dihadapkan untuk mengambil keputusan antara Benar atau Salah.
4 paradigma pengambilan keputusan terdiri dari :
- Individu lawan kelompok (individual vs community)
- Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
- Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
3 prinsip pengambilan keputusan
- Berfikir berbasis hasil akhir (end-based thinking), yaitu melakukan demi kebaikan orang banyak.
- Berpikir berbasis peraturan (rule-based thinking), yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai pada prinsip dalam diri.
- Berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking), yaitu melakukan apa yang kita harapkan orang lain lakukan pada diri kita.
Dari ketiga prinsip pengambilan keputusan ini
masing-masing memiliki kelemahan dan tidak ada aturan baku yang berlaku.
Sebagai contoh jika berprinsip Berpikir berbasis hasil akhir dampaknya akan
membuat kecewa yang minoritas, namun jika berprinsip Berpikir berbasis
peraturan maka akan menimbulkan kekakuan dan tidak ada dinamisasi, begitu juga
jika berprinsip berpikir berbasis rasa perduli akan akan membuat keresahan
dalam komitmen bersama.
9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yaitu;
- Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
- Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
- Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
- Pengujian benar atau salah (Uji legal, reguler, intuisi, Publikasi dan Panutan/idola)
- Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
- Melakukan Prinsip Resolusi
- Investigasi Opsi Trilema
- Buat Keputusan
- Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Menurut pandangan saya, setelah mempelajari modul ini dalam alur MERDEKA
baik Mulai Dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi
Kontektual sampai ke Elaborasi Pemahaman dengan Instruktur yang sangat luar
biasa hebat saya menarik kesimpulan bahwa dari keseluruhan isi modul bermuara
akhir kepada 9 langkah pengambilan keputusan ini.
Hal diluar dugaan tentu saja ada, terutama saya baru memahami bahwa menjadi seorang pemimpin itu tidaklah mudah karena pasti akan menghadapi berbagai permasalahan yang menyangkut dilema etika dan bujukan moral.
Selama 12 tahun ini mengabdi, saya tentu sering dihadapkan pada pengambilan
keputusan terutama pada kasus yang mengandung dilema etika. Sebagai contoh ketika
ada seorang murid yang sudah lama tidak masuk dan sekolah telah mengeluarkannya
tiba – tiba anak ini ingin sekolah lagi. Tetapi dari pihak sekolah termasuk
saya tidak mengizinkannya karena sebelumnya kami telah memberikan kesempatan
berkali - kali namun tak diindahkan. Namun ia hanya mau melanjutkan di sekolah
tempat saya bertugas. Kalau tidak diizinkan
sekolah lagi dia tidak mau sekolah lagi selamanya. Namun setelah mempelajari
modul ini saya menyadari keputusan yang saya ambil tidak tepat dan tidak
berpihak kepada murid. Kami termasuk saya telah mengambil keputusan itu tanpa
mengikuti langkah-langkah 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip
pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Sesal
selalu datang terlambat.
Dari konsep-konsep yang telah
saya pelajari pada modul 3.1, mulai dari
dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip
pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan maka
telah merubah mindset saya dalam mengambil sebuah keputusan yang bijaksana dan
berpihak kepada semua orang terutama murid-murid saya disekolah. Sebelumnya
keputusan itu saya ambil berdasarkan ego saya, rasa tidak enak saya, dan
justifikasi tanpa memahami dan memperhatikan prinsi-prinsip dalam pengambilan
suatu keputusan dan tanpa berfikir hasil akhir dari keputusan yang sesuai dengan prinsip berpikir berbasis
hasil akhir (end based thinking), juga tanpa melihat peraturan yang
mendasari keputusan yang yang ambil (berpikir berbasis peraturan-rule based
thinking) serta menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan
nyaman sesuai dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care based
thinking).
Berbicara mempelajari modul ini bagi saya sangat penting. Selama proses
memahami modul ini juga hati saya berkecamuk dan flashback dengan kejadian –
kejadian pernah terjadi terutama dalam pengambilan keputusan. Secara indvidu saya
sangat antusias dan bersyukur mendapatkan materi ini, meskipun saya buka kepala
sekolah materi ini bisa diterapkan di kelas maupun untuk anak kandung saya.
Sebagai seorang pemimpin semoga kedepannya lebih berhati – hati dan lebih
bijaksana, mengedepankan kepentingan murid.
Sebuah pengalaman dan pembelajaran yang sangat luar biasa yang saya
dapatkan selama perjalanan saya sampai saat ini dalam Pendidikan Guru
Penggerak. Banyak sekali hal-hal baru yang saya dapatkan yang dapat menambah
wawasan dan pengalaman berharga sebagai bekal dan modal saya sebagai seorang guru,
menajdi pemimpin yang adil dan bijaksana serta menjadi bagian dari perubahan
Pendidikan di Indonesia.
Dari Modul 1 telah memberi perubahan pola berfikir saya sebagai guru untuk
lebih memahami bagaimana menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang
guru Abad 21. Modul 2 telah memberi pemahaman bagaimana memahami kompetensi
saya sebagai guru dalam merancang perubahan yang akan saya jalankan baik
dikelas bersama dengan murid dan dilingkungan sekolah bersama seluruh warga
sekolah agar terciptanya iklim Pendidikan yang lebih baik dan memerdekaan anak
dan guru. Pada modul 3.1 membuka wawasan saya tentang kepemimpinan dalam
tugasnya membuat dan mengambil keputusan yang mengandung nilai-nilai kebajikan universal
pada kasus dilema etika dan bujukan moral yang pasti akan dihadapi pada seorang
pemimpin.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarokaatuh.
Terimakasih
-
Budaya positif dapat tercipta melalui kerjasama yang baik antar warga sekolah. Sejalan dengan itu sebagai calon guru penggerak saya berperan...
-
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarokaatuh. Salam Guru Penggerak Salam dan Bahagia Pada kesempatan kali ini, saya akan merefleksi dan meng...
-
Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 3.1 Model 9 Gaya Round Robin Pada modul 3.1 ini saya mempelajari tentang pengambilan keputusan sebag...