Tuesday, 6 December 2022

My PPGP Journey

 

Sungailiat, 6 Desember 2022

Waktu terasa semakin berlalu, tiba dipenghujung Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5. Sulit dipercaya semua terlewati langkah demi langkah. Alhamdulillah

November 2021, ada seorang teman yang baru saja sama – sama menyelesaikan PPG dari Universitas yang sama Dewana namanya ia berkata, ‘Yuk, ayo kita daftar Pendidikan Guru Penggerak !’. ‘Guru Penggerak ?’ tanyaku. ‘Iya Guru Penggerak. Belajar lagi kita ayo lah daftar udah buka sekarang untuk Kabupaten Bangka’ tambahnya.  ‘Judulnya aja Penggerak berarti nanti menggerakkan dong ya, heemmmm ga deh’ gumamku. Seminggu berlalu tanpa ada niat untuk daftar. Tiba – tiba di grup WhatsApp ramai sekali pemberitahuan tentang pendaftaran Guru Penggerak Angkatan 5 akhirnya mencoba membaca sekilas syarat dll. Kemudian ada teman lain lagi Annisa yang juga rekan satu pendidikan berkata, ‘Yuk, ayo kita daftar Guru Penggerak, lah buka ni’. ‘Ehm belum pengen daftar kayaknya Nis, masih capek dari yang pendidikan kemarin. Mau istirahat dulu heheh’ jawabku. Namun sembari jalan pulang dari kerja saya berfikir mereka itu semangat sekali ya mau ikut Guru Penggerak. Mereka itu luar biasa semangatnya terlihat dari banyaknya sertifikat yang mereka miliki ketika UKIN. Mereka sangat rajin sekali ikut pelatihan secara mandiri. Apa aku ikut juga yaa ??? (Mulai tertarik dan termotivasi).

Seminggu sebelum batas waktu penutupan pendaftaran, aku memberanikan diri membuka Portal SIMPKB kemudian menuju menu Guru Penggerak lalu Login. Setelah itu ada pengumuman pendaftaran. Tanpa berfikir panjang klik daftar. Kemudian mengisi biodata dll. Disana diminta menambahkan rekomendasi kepala sekolah dan rekan sejawat dan persyaratan lainnya. Ku ikuti semua alur semua berjalan lancar. 2 hari menjelaang penutupan aku baru akan mengisi esai. Semua ku jawab berdasarkan pengelaman yang selama ini dilakukan dan dirasakan. Alhasil di menit terakhir belum selesai jawabanku. Pasrah dengan keadaan meski sebenarnya sedikit kecewa karena merasa sia – sia dengan usaha yang dilakukan tapi ikhlas. Fix sejak saat itu tidak membuka Guru Penggerak. Tak disangka ada surat pemberitahuan perpanjangan 1 minggu untuk pendaftaran. Ada lagi semangat untuk menyelesaikannya itupun selesai di last minute lagi (23:50) sebelum due date. Hingga pengumuman dinyatakan lulus. Kemudian lanjut dengan membuat RPP dan mengungggahnya kemudian prakrik mengajar dengan durasi 10 menit. Semua berjalan lancar. Hingga tiba jadwal wawancara saya bertemu dengan 2 asesor yang luar biasa dari LPMP Aceh dan Surabaya. Saya gugup namun tetap tenang. Semua pertanyaan dijawab sesuai yang dialami. Apapun hasilnya terima. 2 Bulan kemudian ada pengumuan kelulusan tahap 2 di grup sangat ramai ada mengucapkan selamat dll tapi aku justru sedih ketika melihat namaku Qodarullah dinyatakan Lulus. Sedih karena harus berbagi waktu untuk mengurus keluarga, pekerjaan dan pengembangan diri namun disisi lain bersyukur. Alhamdulillah. Yang membuat tetap bertahan dan semangat adalah dukungan keluarga, teman dan sekolah.

Mei 2022 ku mulai perjalanan PPGP. Dimulai dari Pembukaan oleh Dirjen GTK secara daring. Di Ruang Kolaborasi saya bertemu teman – teman yang luar biasa (Kelas 37B) dengan seorang Fasilitator bernama Muhari. Beliau sangat baik, ramah, sederhana dan menginspirasi. Setelah itu saya mengikuti Lokakarya O di Pangkal Pinang. Banyak dari CGP lain yang bahkan sudah tau dan kenal dengan Pengajar Praktiknya. Sementara aku belum tau siapa PP saya. Bahkan ketika acara pembukaan Loka O dimulai saya sibuk mencari dan menerka inilah PP saya? Namun bukan nampaknya. Ada PP yang mendampingi kami berjumlah 6. 5 dari 6 itu saya sudah tidak asing lagi. Nah PP saya ini yang mana bahkan ia tak bergabung dengan rekan PP lainnya (semakin penasaran). Tepat pukul 07.00 tiba saya masuk di kelas sesuai PP. Akhirnya saya tau ooh ini PP saya bapak Selamat P. Simbolon berpakain batik dan memakai kaca mata. Ia terlihat menghitung dan mengenal CGP nya. Pertemuan yang luar biasa.

Lanjut, berawal dari Rukol 1.1 sampai 3.3 dan segala alur MERDEKAnya kami saling mengenal, berbagi paktik baik, saling menguatkan, saling mensupport, momen – momen itu menjadi kenangan yang tak akan terlupa. Banyak cerita inspiratif dan memotivasi. Selain bertemu dalam Ruang Virtual ada juga Pendampingan Individu dan Lokarya disini lah kami bertatap muka yang semakin mengenal satu sama lain. Mereka adalah teman baru sekaligus keluarga baru dan komunitas baru yang berasal dari lintas mata pelajaran, tingkat pendidikan, dan kecamatan serta bertemu dengan Pengajar Praktik yang luar biasa dan menginspirasi.

Bagaimana perasaan saya setelah melewati proses PPGP ini mesti belum selesai secara utuh? Jawabannya bersyukur. Besyukur berada di Pendidikan ini. Bersyukur dipertemukan dengan rekan sejawat yang sama – sama ingin belajar. Bersyukur dipertemukan dengan PP yang sngat sabar mendampingi dan menguatkan disaat rasa penat dan jenuh tiba – tiba muncul. Bersyukur dipertemukan dengan Fasilitator yang selalu ceria dan memotivasi kami untuk menjadi agen – agen perubahan di sekolah kami masing – masing. Bersyukur dipertemukan orang – orang baik termasuk BGP Jawa Tengah dan BGP Bangka Belitung.

Banyak perlajaran berharga yang saya dapatkan yang tidak saya peroleh di Program manapun. Jujur ikut program ini bukan untuk menjadi kepala sekolah. Saya mengikuti Pendidikan ini karena saya butuh penyegaran dan butuh belajar. Mulai dari Modul 1.1 hingga 3.3 saya seperti belajar parenting tak hanya untuk murid di sekolah tapi juga anak – anak di rumah. Semua materi tersusun dengan baik dan berurutan semua mengesankan.

PPGP boleh saja usai, namun ini justru menjadi awal mula mempraktikkan semua teori yang telah didapatkan. Lakukan sekarang. Lakukan perubahan sekecil apapun dikelas anda mulai saat ini. Kedepannya saya juga ingin terus berbagi praktik baik dengan rekan sejawat di sekolah, berkolaborasi dengan murid dan seluruh warga sekolah. Semua lelah terbayar dengan ilmu yang diperoleh.

Pada akhirnya tujuan pendidikan ialah menuntun segala kodrat yang dimiliki untuk mencapai kebahagian dan keselamatan sebagai manusia maupun dalam masyarakat.

Terimakasih kepada semua pihak yang terlibat. (BGP, Fasilitator, Instruktur, PP, Penulis Modul, Kemdikbudristek)

Terimakasih Keluarga besar.

Terimakasih Kepala Sekolah, Guru, Tendik, Murid dan Orang Tua/Wali Murid SPEMMUH

Terimakasih Dewana dan Annisa.

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan

Guru Bergerak Indonesia Maju

Ayo segera daftar Pendidikan Guru Penggerak

Salam Guru Penggerak

Salam dan Bahagia

 

Fasilitator                     : Muhari S.Pd., M.Pd

Pengajar Praktik            : Selamat P. Simbolon, S.Pd

CGP Kelas 37b             : Yeni, Mila, Dwi, Sofia, Nuryani, Ummi, Winni, Lisa, Ani dan Reny

CGP Angkatan 5 Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2022

 


Monday, 21 November 2022

JURNAL REFELKSI DWIMINGGUAN MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

 


21 November 2022

Pada minggu ini saya mempelajari Modul 3.3 Pengelolaan program yang berdampak positif bagi murid. Pembelajaran bermula dari mulai diri. Pada kegiatan ini saya mengingat program sekolah bermakna yang pernah diikuti saat masih sekolah, peran saya dalam program tersebut dan alasan mengapa bermakna. Dengan menjawab pertanyaan – pertanyaan itu jadi flashback waktu SMA. Kemudian melakukan diskusi dengan rekan sejawat di LMS. Pada eksplorasi konsep saya membaca beberapa program yang yang dinarasikan. Program – programnya sangat menginspirasi mulai dari topik literasi, perduli lingkungan, kegiatan intrakurikuler dll. Di ruang kolaborasi saya dan rekan CGP lain berdiskusi dan mempresentasikan hasil diskusi tentang sebuah program yang berdampak positif bagi murid. Program yang kami sepakati adalah Filed Trip. Kegiatan ini merupakan kegiatan kokurikuler untuk menguatkan hasil pembelajaran yang dilakukan di kelas. Kegiatan ini merupakan kolaborasi semua mata pelajaran. Di demonstrasi kontekstual, saya merancang sebuah program yang saya beri nama ‘BTS’ (Bawa Tempat Sendiri). BTS adalah upaya untuk mengurangi sampah plastik, botol, kertas dan gelas pop mie. Setelah 1 minggu kegiatan saya sosialisasikan ke kepala sekolah, dewan guru dan staff dalam rapat bulanan serta mensosialisasikan ke murid pada saat menjadi pembina upacara dan setelah shalat dzuhur berjamaah al hasil sampah mulai berkurang. Saya banyak mendapatkan dukungan dari rekan sejawat meskipun tetap pro dan kontra. Optimis berhasil. Di elaborasi pemahaman saya bertatap maya dengan instruktur luar biasa karena beliau juga merupakan salah satu penulis Modul 3.3. Selama mengikuti sesi ini saya mendapatkan banyak highlight yang bisa saya terapkan si sekolah nantinya.

Jujur, saya sangat antusias dan selalu penasaran what’s next meskipun ini adalah modul terakhir di PPGP ini. 10 Modul itu berlalu begitu cepat tapi saya masih haus praktik – pratik baik dari penerapan 10 modul ini. Saya menerapkan aksi nyata untuk modul 3.3 ini saya sempat khawatir dan juga melatih mental saya. Karena tidak semua siap dengan perubahan ini. Ada yang mengeluh karena repot harus membawa ini itu, namun ada pula orang tua yang sangat mendukung bahwa sebelum proggram BTS ini diterapkan. Kebiasaan itu menjadi kebutuhan bagi mereka. Harapannya seluruh warga sekolah dapat tumbuh kesdaran dirinya untuk peduli lingkungan sekolah. Jika sekolah bersih, nyaman dan aman maka proses pembelajaran akan lebih baik dan fokus.

Ada banyak pelajaran berharga selama mempelajari Modul ini. Saya menyadari bahwa program di sekolah itu dirancang berdasarkan suara, pilihan, dan kepemilikan. Suara, pilihan dan kepemilikan siapa? Jawabnya ‘murid’. Murid adalah aktor utama dalam keberhasilan dan kebermaknaan program BTS ini. Namun sebagai orang dewasa (guru) kita dapat memfasilitasi dan menyalurkan setiap suara, pilihan dan kepemilikan murid secara maksimal sekaligus sebagai penanggung jawab program. Hal baru yang saya ketahui adalah bahwa jangan coba – coba membuat program asal – asalan, mendadak, tidak jelas, tidak terstruktur dan tidak mendengarkan suara murid, memberikan murid pilihan dan izin publikasi atas karya murid.

Dengan berakhirnya modul 3.3 maka berakhir pula kegiatan syncronouos di LMS. Berakhir adalah awal gerbang praktik bagi saya. Pemahaman baru ini akan saya bagikan dengan rekan sejawat di sekolah baik melalui media sosial maupun secara langsung. Kedepannya semoga saya bisa lebih baik dalma menyusun program yang berdampak positif bagi murid. Setelah peristiwa ini yang paling penting menurut saya adalah kosistensi sebagai agen perubahan. Komitmen dengan kesepatan yang dibuat sendiri. Saya juga berharap bisa mengajak teman – teman lain mengikuti PPGP yang luar biasa.

Sampai bertemu di program lain.

Salam Guru Penggerak

Salam dan Bahagia

Thursday, 17 November 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF BAGI MURID


 


       Assalamualaikum Warahmatullah Wabarokaatuh.

Momen terakhir menulis koneksi antar materi di Modul 3.3 pengelolaan program yang berdampak positif bagi murid dalam program pendidikan guru penggerak.

Setelah mempelajari Modul 3.3, saya mendapatkan pembelajaran baru bagiamana mengelolaan program yang memberikan dampak positif bagi murid. Program yang dirancang hendaknya mencakup 3 aspek yaitu suara (voice), pilihan (voice) dan kepemilikan (ownership). Program yang berdampak positif merupakan program yang dapat mendorong kebermaknaan proses pembelajaran yang terdapat dalam program yang dikelola sekolah baik program kegiatan intrakurikuler, ko-kurikuler maupun ekstarkurikuler. Program yang berdampak positif perancanganya perlu melibatkan murid sehingga dampaknya dapat dirasakan untuk waktu yang lama atau bahkan seumur hidupnya. Murid akan merasakan manfaat dari hasil pembelajaran yang dilakukan.

Selama mempelajari Modul 3.3 saya merasa bersyukur mendapatkan pemahaman baru. Saya juga antusias mengikuti setiap alur MERDEKA di LMS. Saya merasa bingung juga ketika akan mendemontrasikan program yang berdampak positif di sekolah melalui tahapan BAGJA dengan memaksimalkan aset di sekolah serta suara, pilhan dan kepemilikan. Saya harus kreatif dan berkolaborasi dalam menentukan program tersebut.

Hal yang sudah baik adalah saya akhirnya mampu merancang dan mengelola sebuah program yang berdampak untuk murid. Program itu adalah BTS (Bawa Tempat Sendiri). Sebuah program peduli llingkungan, mengingat kesadaran murid pada lingkungan masih sangat rendah. Program ini saya rancang setelah berdiskusi dengan murid – murid disemua kelas. Saya juga melakukan diskusi dengan kepala sekolah dan rekan sejawat. Sebelum mempelajari Modul 3.3 saya terlibat aktif hampir pada semua program yang ada di sekolah. Maka setelah ini saya akan semakin aktif dan menerapkan apa yang telah didapatkan selama PPGP ini. Banyak program yang dikelola sekolah namun perlu di berdayakan secara maksimal.

Keaktifan saya mengikuti semua program di sekolah saja ternyata tidak cukup. Saya perlu meningkatkan kolaborasi dan komunikasi dengan komunitas sekolah dalam perancangan sebuah program. Saya masih perlu melakukan pendekatan dengan pihak terkait. Tak mudah memang, namun saya optimis mampu. Bersabar dan coba lagi untuk menumbuhkan daya lenting saya pribadi.

Pendidikan Guru Penggerak ini membawa dampak positif bagi saya. Paradigma saya mulai bergeser dari yang awalnya ketakutan karena program ini prospeknya menjadi kepala satuan pendidikan, sementara motivasi saya mengikuti program ini untuk belajar dan memperbaharui ilmu – ilmu guna perbaikan proses dan hasil pembelajaran. Kini, setelah 6 bulan berlalu, saya beruntung dan bersyukur dapat mengikuti pendidikan ini. Pendidikan ini bukan hanya untuk murid di sekolah tapi jujur saya juga belajar parenting. Kodrat saya menjadi guru semakin ditebalkna melalui pendidikan. Kamatangan diri ini semoga bisa konsisten saya lakukan.

Selama pendidikan ini saya telah mempelajari 10 Modul dan Modul ini merupakan modul terakhir. Insight baru ketika membaca filosofi KHD di modul 1.1 saya tertegun, bagaimana tidak setelah 11 tahun menjadi guru rasanya saya belum maksimal dalam menuntun murid untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaanya. Saya lebih sering menuntut mereka. Pengelolaan yang berdampak positif dapat memberikan ruang bagi murid untuk mendorong student’s agency. Saya semakin menyadari apa nilai dan peran saya sebagai guru dapat diberdayakan dalam kegiatan – kegiatan yang rancang. Nalai dan peran guru ebremanfaat untuk menyusun dan mengelola yang berdampak pada murid. Visi guru jelas dapat menciptakan ekosistem sekolah yang berpihak pada murid. Untuk mencapai prakarsa perubahan dapat menggunakan alur BAGJA. Pengelolaan program yang berdampak positi bagi murid diharapkan dapat mewujudkan budaya pisitif di sekolah Pengelolaan program yang berdampak positif bagi murid tidak terlepas dari apa yang menjadi kebutuhan murid meliputi kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid. Keberagaman murid menjadi tantangan dalam pengelolaan program yang dapat memenuhi kebutuhan belajar murid secara invidu. Pengelolaan program perlu menerapkan keterampilan sosial dan emosional agar murid memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk mencapai kesejahteraan dirinya (well-being) meraka tetap fokus, tenang, berempati, termotivasi dan bertanggung jawab atas pilihannya. Coaching dapat diterapkan guru untuk menggali potensi murid sehingga murid dapat menyelesaikan masalahnya sendiri ketika ada permasalahan pada program yang dipilih. Sebagai pemimpin kita perlu mengambil keputusan dengan bijaksana untuk menentukan program yang berdampak positif. Keptusan yang diambil melalui 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan dan pengujian. Program yang akan dikelola juga perlu memberdayakan 7 aset (manusia, fisik, sosial, finansial, politik, lingkungan/alam, Agama/budaya) yang dimiliki sekolah secara maksimal yang berfokus pada kekuatan.

Sebagai penutup, terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pendidikan ini. Pemahaman baru ini akan dipraktikkan di sekolah tempat saya belajar dari murid – murid hebat. Menjadi pemimpin pembelajaran yang selalu dinantikan kehadirannya.

Sebaik – baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Semoga kehadiran kita membersamai keberhasilan murid – murid sebagai genarasi penerus bangsa dan aset bangsa.

Salam Guru Penggerak

Salam dan Bahagia

Wassalamualaikum Warhamatullah Wabarokatuh

 

 

Friday, 11 November 2022

JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN MODUL 3.2 PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

 

Model 6: Reporting, Responding, Relating, Reasoning, Reconstructing (5R)

Pada tangggal 24 - 25 Oktober 2022 saya mulai dari diri dan eksplorasi konsep pada Modul 3.2 tentang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Saya merefleksi bagaimana pengelolaan sumber daya yang ada disekolah melalui 8 pertanyaan pemantik. Selama mempelajari modul ini saya memahami maksud dari ekosistem sekolah. Sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Unsur – unsur biotik (Guru, murid, kepala sekolah, staff TU, orang tua, Pengawas sekolah, Dinas Pendidikan, Pemda, masyarakat sekitar, dan dinas terkait) dan abiotik (Keunagan, Sarpras dan Lingkungan alam). Kemudian, ada 7 aset/modal sumber daya: manusia, fisik, sosial, politik, agama/budaya, lingkungan alam, dan finansial. Selanjutnya, saya berdikusi dengan teman dalam kelompok di ruang kolaborasi. Saya berada di kelompok 1 yang mendikusikan pemanfaat aset/modal di kota Sungailiat kabupaten Bangka. Aset/modal yang dimiliki daerah sangat banyak sehingga perlu keterampilan pemimpin dalam mengelola aset tersebut untuk pembelajaran yang berpihak pada murid. Pada demonstrasi kontekstual saya mengalisis sebuah video yang ditautkan di LMS. Saya melihat bagaimana seorang guru dapat mengelola aset di sekolah dengan baik bersama murid melalui tahapan BAGJA. Hasil analisis tersebut kemudian saya sajikan dalam bentuk video dan di unggah di YouTube. Untuk memantapkan pemahaman saya mengikuti sesi Elaborasi Pemahaman bersama rekan CGP Bangka Belitung dengan instruktur yang luar biasa ibu Desi Andriani. Praktik baik yang beliau sampaikan sesuai dengan karakter sekolah saya. Saya semakin paham bagaimana pengelolaan sumber daya di sekolah. Praktik baik juga saya dapatkan dari rekan CGP lain. Selanjutnya, saya mengkoneksikan seluruh pemahaman saya tentang Modul 3.2 dengan modul sebelumnya yang ternyata semuanya memiliki kaitan erat yang pada akhirnya semua untuk murid agar dapat belajar dengan aman, nyaman dan bahagia.

Selama mempelajari modul 3.2 saya sangat antusias dan tertantang dalam mengelola aset/modal sekolah. Kurang maksimalnya saya dalam mengelola dan memanfaatkan aset untuk pembelajaran di kelas maupun diluar kelas mungkin selama ini menjadi faktor kurang nyaman dan bahagianya murid mengikuti kegiatan belajar mengajar. Tentunya ini menjadi tantangan bagi saya agar dapat mengelola aset dengan maksimal.

Setelah mempelajari modul ini, memahami pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah dengan menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset- Aset Based Community Development/ ABCD), memahami potensi sumber daya yang dimiliki lingkungan sekolah serta mengevaluasi hasil pemetaan sumber daya sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran murid.

Peristiwa kurang nyaman, aman dan bahagia pada murid atau guru terhadap sarpras harusnya dapat diatasi dengan melakukan pendekatan berbasis aset karena sekolah memiliki aset yang cukup untuk dikelola. Jika selama ini saya sering mengeluh dab berfokus pada kekurangan maka saya perlu merubah paradigma saya.

Rencana untuk perbaikan yang ingin saya lakukan di masa mendatang, diantaranya:

  • Menganalisis aset/ modal dan kekuatan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.
  • Merancang pemetaan potensi yang dimiliki sekolah saya menggunakan Pendekatan Berbasis Aset.
  • Selalu menunjukkan sikap aktif, kritis, terbuka dan kreatif dalam upaya pengelolaan sumber daya.

Sumber daya yang telahdipetakan dapat digunakan oleh sekolah untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Baik modal manusia, sosial, politik, agama dan budaya, fisik, lingkungan/ alam, maupun finansial. Semua asset dimanfaatkan secara optimal agar dapat mendukung secara penuh terciptanya hasil belajar yang lebih baik.

Salam Guru Penggerak

Salam dan Bahagia

 

 

 

 

Monday, 24 October 2022

JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN

 

Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 3.1

Model 9 Gaya Round Robin

Pada modul 3.1 ini saya mempelajari tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin. Saya mulai dari diri, ekplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi dan aksi nyata.

Setelah mempelajari modul ini, saya menguasai tentang empat paradigma dilema etika. Keempatnya yaitu: 1. Individu lawan kelompok (individual vs community) 2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).

Saya juga menguasai tentang 3 prinsip pengambilan keputusan. Ketiga prinsip itu adalah 1. berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) 2. berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) 3. berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking).

Saya dapat menguasai materi tersebut karena saya dari awal pembelajaran sangat antusias dan tertarik pada materi ini meskipun saya banyak menghayal sebagai pemimpin pembelajaran/kepala sekolah dalam menjawab beberapa pertanyaan. Kemudian kasus dilema etika dan bujukan moral itu sendiri sering dan nyata ada di sekolah. Hampir setiap hari saya dihadapkan pada kasus – kasus dilema etika terutama dikelas. Oleh karenanya dengan mempelajari modul ini saya semakin paham pada jenis kasus dilema etika atau bujukan moral. Saya mengerti bagaimana mengidentifikasi kasus dilema etika. Ditambah lagi pada kegiatan ruang kolaborasi dalam kelompok, kami menyepakati bahwa kasus yang saya alami untuk dianalisis dan itu menarik sehingga saya bisa menentukan pengambilan keputusan yang tepat. Saya juga semakin paham ketika adanya penguatan dari fasilitator dan instruktur pada elaboasi pemahaman.

Hal yang belum saya kuasai setelah mempelajari modul ini adalah 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Hal itu karena saya perlu mengkaji dan menelah sebaik – baiknya dalam mengambil keputusan. Bgaian yang sulit itu adalah mengambil keputusan yang bijaksana, nilai kebajikan universal, bertanggung jawab dan berpihak pada murid. Tentu tidak mudah menentukan keputusan dilema etika namun apapun itu sebagai pemimpin pembelajaran saya harus tetap mengambil keputusan meskipun banyak tantangan yang dihadapi.

Saya perlu belajar melatih keterampilan mengambil keputusan pada kasus dilema etika. Selanjutnya saya ingin mengajak rekan sejawat untuk mensosialisasikan terkait 9 langkah pengujian pengambilan keputusan sehingga semua warga sekolah mendapatkan pengetahuan terkait 9 langkah pengujian pengambilan keputusan dan bersama-sama menerapkan dalam keseharian.

Melalui alur MERDEKA yang di design dengan baik sehingga sejauh ini tidak ada yang menjadikan kebingungan. Semuanya cukup jelas. Ada keterkaitan antara setiap aktivitas pembelajaran yang dilakukan dan saling menguatkan satu sama lain sehingga menambahkan pemahaman dan pedalaman materi modul pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Semangat memberikan perubahan terhadap ekosistem pendidikan yang berpihak kepada peserta didik.

Sunday, 23 October 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN

 


Assalamualaikum Warahmatullah Wabarokaatuh

Salam Guru Penggerak

Salam dan Bahagia

Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Trilokanya yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. KHD berpandangan bahwa seorang pendidik hendaknya menjadi suri tauladan dan contoh bagi murid – muridnya, menjadi pengayom atas keamanan dan kenyamanan murid nya dan menuntun segala kodrat alam dan zamannya untuk mencapai kebahagiaannya sebagai individu maupun masyarakat. Sebagai pemimpin pembelajaran tentu ini semakin menguatkan jati diri seorang pendidik untuk meletakkan kepentingan murid sebagai yang utama seiring dengan filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara dalam setiap pemgambilan keputusan.

Sebagai seorang pendidik maka penting memiliki nilai – nilai yang tertanam secara positif didalam dirinya. Nilai – nilai itu adalah bepihak pada murid, mandiri, kolaboratif, inovatif, dan reflektif. Keberpihakan pada murid ketika mengambilan keputusan menjadi prinsip – prinsip yang harus dipegang teguh karena dapat berpengaruh bagi mereka baik pada kasus benar lawan benar (dilema etika) atau benar lawan salah (bujukan moral). Setelah melakukan pengambilan keputusan kita perlu merefleksinya sehingga kedepannya dapat meghasilkan keputusan yang bertanggung jawab dan bijaksana.

Coaching merupakan keterampilan penting dalam menggali potensi diri seseorang dalam menyesaikan masalah yang terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan menggunakan alur TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching melalui alur TIRTA berkaitan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang diputuskan.

Pendamping individu, praktik bersama rekan sejawat dan fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.

TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.

  • Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,
  • Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,
  • Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
  • Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.

TIRTA akronim dari (T: Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana aksi, TA: Tanggung jawab)

Ketika seorang guru dapat mengelola dan menyadasari aspek sosial emosinalnya dengan baik, maka ketika ia akan mengambil keputusan ia akan musyawarah dengan seluruh warga sekolah. Ia akan menggunakan KSE dengan baik dalam mengambil keputusan sehingga tidak mengedepankan kepentingan pribadi.

Study kasus dilema etika, pada dasarnya semua keputusan yang diambil dapat dibenarkan secara moral. Akan tetapi perlu memperhatikan prinsi-prinsip dalam pengambilan suatu keputusan. Kita harus berfikir hasil akhir dari keputusan kita yang sesuai dengan prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end-based thinking), kita juga harus melihat peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil (berpikir berbasis peraturan-rule based thinking) serta kita perlu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman sesuai dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking).

Ketika seorang pendidik dihadapkan pada kasus-kasus yang berfokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak sadar akan terpengaruh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya maka hanya akan benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak. Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan banyak orang terutama murid.

Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Ini merupakan kondisi ideal yangkita inginkan. Untuk melakukan perubahan, diperlukan suatu pendekatan. Dalam hal ini, kita menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif melalui tahapan BAGJA (buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan Alur dan Atur ekseskusi) untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat diselesaikan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan melalui 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, sehingga akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Hal ini karena tidak adanya konflik berkepanjangan setelah keputusan diambil. Ekosistem sekolah pun tetap aman dan nyaman tanpa gejolak yang berarti akibat keputusan yang diambil. Semua pihak yang terlibat akan menerima hasil keputusan dengan hati terbuka dan menyetujuinya.

Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan adalah belum semua guru memahami paradigma, prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan dan pengujiaanya sehingga pengambilan keputusan terkadang lebih mementingkan kelompok minoritas atau pribadi.

Dalam proses pengajaran yang memerdekakan murid pengambian keputusan memiliki pengaruh yang luar biasa. Sebagai contoh dapat terlihat dari pengambilan keputusan terkait diferensiasi konten yang akan dilaksanakan. Keputusan dalam menentukan bentuk-bentuk diferensiasi yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran. Selain itu juga terkait dengan keputusan untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran ketika hendak mengambil keputusan sebaiknya mempertimbangkan dengan baik. Utamakan kepentingan masa depan murid. Sebagai contoh ketika ada seorang murid yang jarang masuk sekolah dan telah berada di kelas paling tinggi atau menjelang kelulusan kemudian ingin mengeluarkan murid tersebut maka perlu menggunakan 9 langkah pengujian pengambilan keputusanebagai individu kita tidak pernah tahu akan menjadi apa murid-murid kita kelak. Kita juga tidak pernah tahu menjadi seperti apa murid-murid kita. Jika saat ini kita mengambil keputusan salah, bisa jadi akan menghambat langkahnya mencapai cita-cita murid. Atau juga bisa jadi dengan mengambil keputusan tepat, maka ke depannya kita akan memberikan hasilnya. Bisa saja murid berubah menjadi lebih baik berkat keputusan yang kita ambil.

Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul – modul sebelumnya bahwa sebagai guru kita harus menerapkan Pratap Triloka dengan optimal dalam menuntun tumbuh kembangnya kodrat murid. Dalam menuntun tentu saya sering dihadapkan pada pengambilan keputusan maka keputusan yang akan diambil hendaknya kembali lagi pada keberpihakkan kepada murid. Dengan memiliki nilai- nilai dan peran sebagai guru semoga dapat membuat saya semakin bijaksana. Dalam mewujudkan mimpi kita perlu melakukan melalui tahapan BAGJA sehingga keputusannya tepat sasaran. Secara sadar penuh (mindfullness) sebelum mengambil keputusan.

Pada situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup dll.

Ada 2 jenis dilema

  1. Dilema etika berkonsep kepada sesuatu yang Benar lawan Benar. Situasi yang terjadi apabila ada 2 nilai kebajikan yang saling bersinggungan, memiliki nilai kebajikan yang sama – sama benar.
  2. Dilema Bujukan Moral berkonsep Benar lawan Salah, yaitu situasi dimana seseorang dihadapkan untuk mengambil keputusan antara Benar atau Salah.

4 paradigma pengambilan keputusan terdiri dari :

  1. Individu lawan kelompok (individual vs community)
  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

3 prinsip pengambilan keputusan

  1. Berfikir berbasis hasil akhir (end-based thinking), yaitu melakukan demi kebaikan orang banyak.
  2. Berpikir berbasis peraturan (rule-based thinking), yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai pada prinsip dalam diri.
  3. Berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking), yaitu melakukan apa yang kita harapkan orang lain lakukan pada diri kita.

Dari ketiga prinsip pengambilan keputusan ini masing-masing memiliki kelemahan dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Sebagai contoh jika berprinsip Berpikir berbasis hasil akhir dampaknya akan membuat kecewa yang minoritas, namun jika berprinsip Berpikir berbasis peraturan maka akan menimbulkan kekakuan dan tidak ada dinamisasi, begitu juga jika berprinsip berpikir berbasis rasa perduli akan akan membuat keresahan dalam komitmen bersama.

9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yaitu;

  1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
  3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
  4. Pengujian benar atau salah (Uji legal, reguler, intuisi, Publikasi dan Panutan/idola)
  5.  Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
  6.  Melakukan Prinsip Resolusi
  7.  Investigasi Opsi Trilema
  8. Buat Keputusan
  9.  Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Menurut pandangan saya, setelah mempelajari modul ini dalam alur MERDEKA baik Mulai Dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontektual sampai ke Elaborasi Pemahaman dengan Instruktur yang sangat luar biasa hebat saya menarik kesimpulan bahwa dari keseluruhan isi modul bermuara akhir kepada 9 langkah pengambilan keputusan ini.

Hal diluar dugaan tentu saja ada, terutama saya baru memahami bahwa menjadi seorang pemimpin itu tidaklah mudah karena pasti akan menghadapi berbagai permasalahan yang menyangkut dilema etika dan bujukan moral.

Selama 12 tahun ini mengabdi, saya tentu sering dihadapkan pada pengambilan keputusan terutama pada kasus yang mengandung dilema etika. Sebagai contoh ketika ada seorang murid yang sudah lama tidak masuk dan sekolah telah mengeluarkannya tiba – tiba anak ini ingin sekolah lagi. Tetapi dari pihak sekolah termasuk saya tidak mengizinkannya karena sebelumnya kami telah memberikan kesempatan berkali - kali namun tak diindahkan. Namun ia hanya mau melanjutkan di sekolah tempat saya bertugas. Kalau tidak diizinkan sekolah lagi dia tidak mau sekolah lagi selamanya. Namun setelah mempelajari modul ini saya menyadari keputusan yang saya ambil tidak tepat dan tidak berpihak kepada murid. Kami termasuk saya telah mengambil keputusan itu tanpa mengikuti langkah-langkah 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Sesal selalu datang terlambat.

Dari  konsep-konsep yang telah saya  pelajari pada modul 3.1, mulai dari dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan maka telah merubah mindset saya dalam mengambil sebuah keputusan yang bijaksana dan berpihak kepada semua orang terutama murid-murid saya disekolah. Sebelumnya keputusan itu saya ambil berdasarkan ego saya, rasa tidak enak saya, dan justifikasi tanpa memahami dan memperhatikan prinsi-prinsip dalam pengambilan suatu keputusan dan tanpa berfikir hasil akhir dari keputusan  yang sesuai dengan prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end based thinking), juga tanpa melihat peraturan yang mendasari keputusan yang yang ambil (berpikir berbasis peraturan-rule based thinking) serta menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman sesuai dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care based thinking).

Berbicara mempelajari modul ini bagi saya sangat penting. Selama proses memahami modul ini juga hati saya berkecamuk dan flashback dengan kejadian – kejadian pernah terjadi terutama dalam pengambilan keputusan. Secara indvidu saya sangat antusias dan bersyukur mendapatkan materi ini, meskipun saya buka kepala sekolah materi ini bisa diterapkan di kelas maupun untuk anak kandung saya. Sebagai seorang pemimpin semoga kedepannya lebih berhati – hati dan lebih bijaksana, mengedepankan kepentingan murid.

Sebuah pengalaman dan pembelajaran yang sangat luar biasa yang saya dapatkan selama perjalanan saya sampai saat ini dalam Pendidikan Guru Penggerak. Banyak sekali hal-hal baru yang saya dapatkan yang dapat menambah wawasan dan pengalaman berharga sebagai bekal dan modal saya sebagai seorang guru, menajdi pemimpin yang adil dan bijaksana serta menjadi bagian dari perubahan Pendidikan di Indonesia.

Dari Modul 1 telah memberi perubahan pola berfikir saya sebagai guru untuk lebih memahami bagaimana menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang guru Abad 21. Modul 2 telah memberi pemahaman bagaimana memahami kompetensi saya sebagai guru dalam merancang perubahan yang akan saya jalankan baik dikelas bersama dengan murid dan dilingkungan sekolah bersama seluruh warga sekolah agar terciptanya iklim Pendidikan yang lebih baik dan memerdekaan anak dan guru. Pada modul 3.1 membuka wawasan saya tentang kepemimpinan dalam tugasnya membuat dan mengambil keputusan yang mengandung nilai-nilai kebajikan universal pada kasus dilema etika dan bujukan moral yang pasti akan dihadapi pada seorang pemimpin.

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarokaatuh.

Terimakasih


Logo SMP Muhammadiyah Sungailiat

 Logo Terbaru SMP Muhammadiyah Sungailiat