Assalamualaikum Warahmatullah Wabarokaatuh
Salam Guru Penggerak
Salam dan Bahagia
Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Trilokanya
yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. KHD
berpandangan bahwa seorang pendidik hendaknya menjadi suri tauladan dan contoh
bagi murid – muridnya, menjadi pengayom atas keamanan dan kenyamanan murid nya
dan menuntun segala kodrat alam dan zamannya untuk mencapai kebahagiaannya
sebagai individu maupun masyarakat. Sebagai pemimpin pembelajaran tentu ini semakin
menguatkan jati diri seorang pendidik untuk meletakkan kepentingan murid
sebagai yang utama seiring dengan filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara
dalam setiap pemgambilan keputusan.
Sebagai seorang pendidik maka penting memiliki nilai – nilai yang
tertanam secara positif didalam dirinya. Nilai – nilai itu adalah bepihak pada murid, mandiri, kolaboratif, inovatif,
dan reflektif. Keberpihakan pada murid ketika mengambilan keputusan menjadi
prinsip – prinsip yang harus dipegang teguh karena dapat berpengaruh bagi
mereka baik pada kasus benar lawan benar (dilema etika) atau benar lawan salah
(bujukan moral). Setelah melakukan pengambilan keputusan kita perlu
merefleksinya sehingga kedepannya dapat meghasilkan keputusan yang bertanggung
jawab dan bijaksana.
Coaching merupakan keterampilan penting dalam menggali potensi diri seseorang
dalam menyesaikan masalah yang terjadi baik masalah dalam diri kita maupun
masalah yang dimiliki orang lain. Dengan menggunakan
alur TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan
membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching melalui alur TIRTA
berkaitan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan
sebagai evaluasi terhadap keputusan yang diputuskan.
Pendamping individu, praktik bersama rekan sejawat dan
fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya
ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan
dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil
tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.
TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam
Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW.
GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.
- Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang
hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,
- Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal
yang terjadi pada diri coachee,
- Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah
dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah
rancangan aksi.
- Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam
membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.
TIRTA akronim dari (T: Tujuan, I: Identifikasi, R:
Rencana aksi, TA: Tanggung jawab)
Ketika seorang guru dapat mengelola dan menyadasari aspek sosial emosinalnya
dengan baik, maka ketika ia akan mengambil keputusan ia akan musyawarah dengan
seluruh warga sekolah. Ia akan menggunakan KSE dengan baik dalam mengambil
keputusan sehingga tidak mengedepankan kepentingan pribadi.
Study kasus dilema etika, pada dasarnya semua keputusan yang diambil
dapat dibenarkan secara moral. Akan tetapi perlu memperhatikan prinsi-prinsip
dalam pengambilan suatu keputusan. Kita harus berfikir hasil akhir dari
keputusan kita yang sesuai dengan prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end-based
thinking), kita juga harus melihat peraturan yang mendasari keputusan yang
kita ambil (berpikir berbasis peraturan-rule based thinking) serta kita perlu
menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman sesuai dengan
prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking).
Ketika seorang pendidik dihadapkan pada kasus-kasus yang berfokus
terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak sadar akan
terpengaruh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan
mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang
dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan
dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang
dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang
diambilnya maka hanya akan benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan
kebanyakan pihak. Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak
adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik.
Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah
moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan
kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan banyak orang terutama
murid.
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Ini merupakan
kondisi ideal yangkita inginkan. Untuk melakukan perubahan, diperlukan suatu
pendekatan. Dalam hal ini, kita menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif melalui
tahapan BAGJA (buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan Alur dan
Atur ekseskusi) untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Pengambilan
keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat
diselesaikan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Jika
pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus
yang cermat dan melalui 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini
akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, sehingga
akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan
nyaman. Hal ini karena tidak adanya konflik berkepanjangan setelah keputusan
diambil. Ekosistem sekolah pun tetap aman dan nyaman tanpa gejolak yang berarti
akibat keputusan yang diambil. Semua pihak yang terlibat akan menerima hasil
keputusan dengan hati terbuka dan menyetujuinya.
Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan
adalah belum semua guru memahami paradigma, prinsip dan 9 langkah pengambilan
keputusan dan pengujiaanya sehingga pengambilan keputusan terkadang lebih
mementingkan kelompok minoritas atau pribadi.
Dalam proses pengajaran yang
memerdekakan murid pengambian keputusan memiliki pengaruh yang
luar biasa. Sebagai contoh dapat terlihat dari
pengambilan keputusan terkait diferensiasi konten yang akan dilaksanakan.
Keputusan dalam menentukan bentuk-bentuk diferensiasi yang akan dilakukan dalam
proses pembelajaran. Selain itu juga terkait dengan keputusan untuk memenuhi
kebutuhan belajar individu murid. Semua tergantung kepada
keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak
kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan
sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka
hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid
dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran ketika hendak
mengambil keputusan sebaiknya mempertimbangkan dengan baik. Utamakan kepentingan
masa depan murid. Sebagai contoh ketika ada seorang murid yang jarang masuk
sekolah dan telah berada di kelas paling tinggi atau menjelang kelulusan kemudian
ingin mengeluarkan murid tersebut maka perlu menggunakan 9 langkah pengujian
pengambilan keputusanebagai individu kita tidak pernah tahu akan menjadi apa
murid-murid kita kelak. Kita juga tidak pernah tahu menjadi seperti apa
murid-murid kita. Jika saat ini kita mengambil keputusan salah, bisa jadi akan
menghambat langkahnya mencapai cita-cita murid. Atau juga bisa jadi dengan
mengambil keputusan tepat, maka ke depannya kita akan memberikan hasilnya. Bisa
saja murid berubah menjadi lebih baik berkat keputusan yang kita ambil.
Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul materi
ini dan keterkaitannya dengan modul – modul sebelumnya bahwa sebagai guru kita
harus menerapkan Pratap Triloka dengan optimal dalam menuntun tumbuh kembangnya
kodrat murid. Dalam menuntun tentu saya sering dihadapkan pada pengambilan keputusan
maka keputusan yang akan diambil hendaknya kembali lagi pada keberpihakkan
kepada murid. Dengan memiliki nilai- nilai dan peran sebagai guru semoga dapat membuat
saya semakin bijaksana. Dalam mewujudkan mimpi kita perlu melakukan melalui
tahapan BAGJA sehingga keputusannya tepat sasaran. Secara sadar penuh
(mindfullness) sebelum mengambil keputusan.
Pada situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan
mendasar yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan,
kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup dll.
Ada 2 jenis dilema
- Dilema etika
berkonsep kepada sesuatu yang Benar lawan Benar. Situasi yang terjadi apabila
ada 2 nilai kebajikan yang saling bersinggungan, memiliki nilai kebajikan yang sama
– sama benar.
- Dilema Bujukan
Moral berkonsep Benar lawan Salah, yaitu situasi dimana seseorang dihadapkan
untuk mengambil keputusan antara Benar atau Salah.
4 paradigma pengambilan keputusan terdiri dari :
- Individu lawan
kelompok (individual vs community)
- Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
- Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long
term)
3 prinsip pengambilan keputusan
- Berfikir
berbasis hasil akhir (end-based thinking), yaitu melakukan demi kebaikan
orang banyak.
- Berpikir
berbasis peraturan (rule-based thinking), yaitu menjunjung tinggi
nilai-nilai pada prinsip dalam diri.
- Berpikir
berbasis rasa peduli (care-based thinking), yaitu melakukan apa yang
kita harapkan orang lain lakukan pada diri kita.
Dari ketiga prinsip pengambilan keputusan ini
masing-masing memiliki kelemahan dan tidak ada aturan baku yang berlaku.
Sebagai contoh jika berprinsip Berpikir berbasis hasil akhir dampaknya akan
membuat kecewa yang minoritas, namun jika berprinsip Berpikir berbasis
peraturan maka akan menimbulkan kekakuan dan tidak ada dinamisasi, begitu juga
jika berprinsip berpikir berbasis rasa perduli akan akan membuat keresahan
dalam komitmen bersama.
9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yaitu;
- Mengenali
nilai-nilai yang saling bertentangan
- Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
- Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
- Pengujian benar atau salah (Uji legal, reguler, intuisi, Publikasi dan Panutan/idola)
- Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
- Melakukan Prinsip Resolusi
- Investigasi Opsi Trilema
- Buat Keputusan
- Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Menurut pandangan saya, setelah mempelajari modul ini dalam alur MERDEKA
baik Mulai Dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi
Kontektual sampai ke Elaborasi Pemahaman dengan Instruktur yang sangat luar
biasa hebat saya menarik kesimpulan bahwa dari keseluruhan isi modul bermuara
akhir kepada 9 langkah pengambilan keputusan ini.
Hal diluar dugaan tentu saja ada, terutama saya baru
memahami bahwa menjadi seorang pemimpin itu tidaklah mudah karena pasti akan
menghadapi berbagai permasalahan yang menyangkut dilema etika dan bujukan moral.
Selama 12 tahun ini mengabdi, saya tentu sering dihadapkan pada pengambilan
keputusan terutama pada kasus yang mengandung dilema etika. Sebagai contoh ketika
ada seorang murid yang sudah lama tidak masuk dan sekolah telah mengeluarkannya
tiba – tiba anak ini ingin sekolah lagi. Tetapi dari pihak sekolah termasuk
saya tidak mengizinkannya karena sebelumnya kami telah memberikan kesempatan
berkali - kali namun tak diindahkan. Namun ia hanya mau melanjutkan di sekolah
tempat saya bertugas. Kalau tidak diizinkan
sekolah lagi dia tidak mau sekolah lagi selamanya. Namun setelah mempelajari
modul ini saya menyadari keputusan yang saya ambil tidak tepat dan tidak
berpihak kepada murid. Kami termasuk saya telah mengambil keputusan itu tanpa
mengikuti langkah-langkah 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip
pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Sesal
selalu datang terlambat.
Dari konsep-konsep yang telah
saya pelajari pada modul 3.1, mulai dari
dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip
pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan maka
telah merubah mindset saya dalam mengambil sebuah keputusan yang bijaksana dan
berpihak kepada semua orang terutama murid-murid saya disekolah. Sebelumnya
keputusan itu saya ambil berdasarkan ego saya, rasa tidak enak saya, dan
justifikasi tanpa memahami dan memperhatikan prinsi-prinsip dalam pengambilan
suatu keputusan dan tanpa berfikir hasil akhir dari keputusan yang sesuai dengan prinsip berpikir berbasis
hasil akhir (end based thinking), juga tanpa melihat peraturan yang
mendasari keputusan yang yang ambil (berpikir berbasis peraturan-rule based
thinking) serta menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan
nyaman sesuai dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care based
thinking).
Berbicara mempelajari modul ini bagi saya sangat penting. Selama proses
memahami modul ini juga hati saya berkecamuk dan flashback dengan kejadian –
kejadian pernah terjadi terutama dalam pengambilan keputusan. Secara indvidu saya
sangat antusias dan bersyukur mendapatkan materi ini, meskipun saya buka kepala
sekolah materi ini bisa diterapkan di kelas maupun untuk anak kandung saya.
Sebagai seorang pemimpin semoga kedepannya lebih berhati – hati dan lebih
bijaksana, mengedepankan kepentingan murid.
Sebuah pengalaman dan pembelajaran yang sangat luar biasa yang saya
dapatkan selama perjalanan saya sampai saat ini dalam Pendidikan Guru
Penggerak. Banyak sekali hal-hal baru yang saya dapatkan yang dapat menambah
wawasan dan pengalaman berharga sebagai bekal dan modal saya sebagai seorang guru,
menajdi pemimpin yang adil dan bijaksana serta menjadi bagian dari perubahan
Pendidikan di Indonesia.
Dari Modul 1 telah memberi perubahan pola berfikir saya sebagai guru untuk
lebih memahami bagaimana menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang
guru Abad 21. Modul 2 telah memberi pemahaman bagaimana memahami kompetensi
saya sebagai guru dalam merancang perubahan yang akan saya jalankan baik
dikelas bersama dengan murid dan dilingkungan sekolah bersama seluruh warga
sekolah agar terciptanya iklim Pendidikan yang lebih baik dan memerdekaan anak
dan guru. Pada modul 3.1 membuka wawasan saya tentang kepemimpinan dalam
tugasnya membuat dan mengambil keputusan yang mengandung nilai-nilai kebajikan universal
pada kasus dilema etika dan bujukan moral yang pasti akan dihadapi pada seorang
pemimpin.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarokaatuh.
Terimakasih