Tuesday, 30 August 2022

Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 1.4 Budaya Positif dengan Model 4C


Budaya positif dapat tercipta melalui kerjasama yang baik antar warga sekolah. Sejalan dengan itu sebagai calon guru penggerak saya berperan untuk berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah dalam menciptakan budaya positif di sekolah, menjadi pemimpin pembelajaran, berpihak kepada siswa dan mendorong perubahan kearah yang lebih baik. Melalui keteladanan budaya positif juga dapat diciptakan.

Selama mengikuti ruang kolaborasi bersama fasilitator bapak Muhari kemudian elaborasi pemahaman bersama instruktur bapak Reddison ada ide dan materi yang berbeda dengan yang jalankan selama ini. Sebagai guru selama ini saya beranggapan bahwa ketika murid tidak disiplin saya hanya dapat menyelesaikannya dengan memberi hukuman. Saya juga masih membentak siswa ketika mereka melakukan kesalahan yang sama secara berulang - ulang. Saya jadi sadar dan merasa sia - sia selama ini melakukan tindakan tersebut karena hukuman, marah, membentak dll tidak akan membuat murid menjadi disiplin. Tidak ada yang berubah dari mereka. Para murid hanya memiliki ketakutan dan tidak ada motivasi intrinsik yang timbul dari hukuman yang diberikan. 

Selama membaca modul dan diskusi modul 1.4 ini saya memahami konsep - konsep yang akan saya terapkan kedepannya dan sudah saya mulai dari diri sendiri saat ini seperti konsep budaya positif, keyakinan kelas/sekolah, paradigma belajar, kebutuhan dasar manusia, motivasi perilaku manusia, posisi kontrol dan penerapan segitiga restitusi. Semua konsep sangat bermakna bagi saya. Sebagai pendidik saya selama ini berada di posisi kontrol sebagai penghukum, pembuat rasa bersalah, teman dan pemantau. 

Kedepannya saya ingin berada di posisi manager. Dalam menghadapi berbagai macam dan ragam peristiwa atau kasus yang terjadi disekolah. Semoga saya dapat konsisten melakukan perubahan ini. Selain itu juga saya ingin menganalisis masalah yang dihadapi siswa berdasarkan kebutuhan dasar yang belum terpenuhi sehingga bisa diatasi dengan benar. Kemudian, berbagi praktik baik kepada rekan sejawat dalam aksi nyata.

Terimakasih
Salam dan Bahagia



Thursday, 25 August 2022

Koneksi Antar Materi Modul 1.4.a.8 Budaya Positif



Assalamualaikum Warrahmatullah Wabarokaatuh.

Budaya positif merupakan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang berkarakter, unggul dan mandiri.

Dalam menciptakannya guru penggerak tidak dapat berdiri sendiri. Diperlukan adanya kerjasama dengan seluruh stakeholder yang ada baik dari dalam maupun dari luar sekolah seperti Yayasan/Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen), Kepala Sekolah, rekan guru, komite, murid dan orang tua yang dapat mendukung pelaksanaan budaya positif. Penerapan budaya positif pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah sangat erat kaitannya dengan nilai – nilai kebajikan. Sebagai contoh  penerapan budaya positif ‘berpakaian’ akan menanamkan keseragaman dan tanggung jawab. Melalui pembiasaan itu murid dapat memakai baju sesuai jadwal yang ditentukan untuk keseragaman dan kesenjangan sosial.

Modul 1.1, 1.2, 1.3 dan 1.4 memiliki hubungan erat dan saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Budaya positif dilaksanakan sesuai dengan tujuan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara yaitu menuntun segala kodrat alam yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Menuntun tumbuh kembangnya atau hidupnya sesuai kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Oleh karena Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan adalah tempat bersemainya benih-benih kebudayaan. 

Seorang guru layaknya seorang petani dalam menuntun murid untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi sesuai kodrat alamnya. Tujuan budaya positif yakni agar menjadi murid yang berprofil pelajar Pancasila (beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME, mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, dan berkebinekaan global). Dalam menyusun program budaya positif juga diperlukan kolaborasi dengan murid sperti penerapan kesepakatan kelas, keyakinan kelas, dan segitiga rstitusi. Murid diajak membuat suatu kesepakatan yang berpihak pada murid. Seorang guru penggerak  harus memiliki nilai dan peran guru penggerak dalam melaksanakan budaya positif di sekolah. Antara lain: mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid.

Budaya positif juga bagian dari visi guru penggerak. Budaya positif dapat mewujudkan visi guru penggerak yang kedepannya akan menjadi visi sekolah impian. Yaitu "Mewujudkan Murid yang Berkarakter dan Unggul melalui merdeka belajar". Untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan adanya kolaborasi kekuatan positif yang ada baik dari dalam maupun dari luar sekolah. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) dengan tahapan BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali impian, Jabarkan rencana, dan Atur eksekusi). Inkuiri Apresiatif adalah suatu pendekatan berbasis kekuatan positif yang dimiliki sekolah dan saling menguatkan untuk mewujudkan visi tersebut.

Dari sinilah, peran guru penggerak sangat penting sebagai penggerak kebiasaan baik kepada guru lain dalam membangun budaya positif di sekolah seperti ;

👉Menjadi teladan bagi murid dan guru lain.

👉Menjalin kolaborasi dengan rekan guru lain dan seluruh warga sekolah dalam melaksanakan       budaya positif

👉Menggerakkan komunitas praktisi yang ada di sekolah

👉Menjadi coach bagi guru lain serta mampu menjadi pemimpin dalam pembelajaran yang             berpihak pada murid

Guru penggerak dapat menumbuhkan budaya positif di kelas menjadi budaya positif di sekolah dan menjadi visi di sekolah. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara:

1. Mulai dari diri sendiri dalam menumbuhkan budaya positif di kelas dan keteladan yang dapat      dicontoh oleh seluruh warga sekolah.

2. Mensosialisasikan budaya positif kepada Kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan dan      murid.

3. Kolaborasi dengan pihak terkait.

4. Lakukan perubahan secara konsisten, sabar, dan positive thinking terhadap penolakan gagasan dan pelanggaran.

5. Mefleksi setiap tindakan yang dilakukan.

Dalam menerapkan budaya positif seorang guru tidak perlu meyakiti siswa dengan hukuman. Ketika murid mengalami masalah kita sebaiknya mengambil posisi kontrol manager dengan menerapkan segitiga restitusi agar siswa dapat menyakini nilai kebajikan yang diyakini, memberikan kesempatan siswa mencari solusi yang dihadapinya.

Ini menjadi pengalaman baru saya. Pengalaman belajar modul 1.4 ini merubah paradigma saya dalam menangani masalah yang terjadi di sekolah. Selama ini saya masih berada pada posisi penghukum dan pemantau. Mari bergerak menuju guru yang lebih baik.

Selama mempelajari Modul 1.1 sampai 1.4 saya sangat antusias dan bersemangat. Mulai modul 1.1 yang membuat saya akhirnya sering melakukan ice breaking, belajar diluar kelas, belajar sambal bermain permainan daerah yang ternyata banyak siswa belum permainan tradisional ini. Modul 1.2 menguatkan nilai dan peran saya sebagai guru. Modul 1.3 bagaimana saya merancang visi dan Modul 1.4 merupakan modul dengan materi yang luar biasa. Materi yang menjawab segala tanyaku cara mengatasi kasus siswa di sekolahku. Saya juga ingin tahu akan ada hal baru apa lagi nanti,

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarokaatuh

Salam Guru Penggerak

Salam dan Bahagia


Sunday, 14 August 2022

Koneksi Antar Materi Modul 1.3.a.8

 




Assalamualaikum Warahmatullah Wabarokaatuh.

Salam Guru Penggerak

Salam dan Bahagia

Pada kesempatan kali ini, saya akan merefleksi dan mengaitkan pembelajaran pada Modul 1.1, 1.2 dan 1.3.

Dalam Modul 1.1 Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara bagaimana seorang guru dalam menuntun murid sesuai dengan kodrat alam dan zamanya.  Setiap murid memiliki keunikan masing - masing. Guru menuntun para siswa untuk dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Seorang gurumenghamba atau berpihak kepada murid. 

Modul 1.2 Nilai Guru Penggerak yakni berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, inovatif, dan reflektif. Nilai tersebut dapat dicerminkan dalam menjalankan perannya.  Keberpihakan dan penghambaan pada murid diperankan oleh seorang guru melalui menuntun tumbuh kembang untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. 

Pada Modul 1.3 Visi Guru Penggerak. Visi merupakan harapan atau cita - cita yang ingin dicapai oleh sekolah. Visi menjadi output sekolah. Dalam membuat visi kita harus berkolaborasi. Untuk mencapai visi tersebut kita dapat menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) melalui tahapan BAGJA

B = Buat pertanyaan utama

A = Ambil pelajaran

G = Gali mimpi

J = Jabarkan rencana

A = Atur eksekusi

Setelah berdiskusi di ruang Kolaborasi bersama teman dan fasilitator serta di Elaborasi Pemahaman maka saya merevisi visi saya.

Visi Sekolah Impian:

"Mewujudkan Murid yang Berkarakter dan Unggul melalui merdeka belajar"

Sekolahku Surgaku

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarokaatuh.






Logo SMP Muhammadiyah Sungailiat

 Logo Terbaru SMP Muhammadiyah Sungailiat